Beberapa di antaranya adalah peluncuran platform yang mampu mengintegrasikan berbagai data pendidikan, pemberian apresiasi berbasis kinerja bagi tenaga pendidik, penerapan metode Project-Based Learning untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, pengalokasian anggaran khusus untuk literatur pendidikan, serta penghapusan kebijakan diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Selain itu, integrasi kewirausahaan dalam pendidikan juga menjadi salah satu usulan guna meningkatkan kualitas pendidikan.
Baca juga: Istana: Program Lapor Mas Wapres Catat Keluhan Warga soal Pendidikan hingga Sengketa Tanah
Focus Group Discussion ditutup dengan masing-masing kelompok yang mempresentasikan ide terbaiknya di hadapan seluruh peserta.
Salah satu penulis terpilih, Alfianti Yanuar, mengungkapkan antusiasmenya.
"Diskusi berjalan sangat interaktif. Saya dapat melihat berbagai saran pendidikan dari berbagai latar belakang yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan," ujarnya.
PFoE bukan sekadar ruang diskusi, melainkan sebuah gerakan nyata untuk menyatukan peran dalam menciptakan masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Rangkaian Focus Group Discussion (FGD) yang dimulai dengan regional Sumatera akan terus berlanjut ke wilayah Jawa, Kalimantan, hingga Indonesia Timur, membawa energi kolaborasi yang semakin meluas.
Lebih dari itu, PFoE akan meneruskan langkah transformasinya melalui “Lyceum Endgame Goes to Campus,” sebuah ruang bagi peserta terpilih untuk secara langsung mempresentasikan solusi inovatif mereka di hadapan para pemangku kepentingan lokal.
Dengan semangat #KolaborasiPendidikanKita dan #SemuaAmbilPeran, PFoE mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan pendidikan inklusif yang berdampak dan berkelanjutan.