Menurut dia, gambut memiliki kemampuan hingga 20 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis biasa dalam menyerap karbon.
Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan menjadi kunci penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Untuk mencegah kebakaran gambut, Imam menyebutkan bahwa ada tiga langkah utama yang dilakukan.
Tiga hal itu adalah rewetting, revegetasi dan revitalisasi.
Upaya terpadu ini menjadi langkah strategis untuk menjaga ekosistem gambut yang kaya karbon, sekaligus mencegah dampak buruk yang ditimbulkan dari kerusakan lahan ini.
Baca juga: Pemprov Sumsel Dapat Dukungan Internasional Terkait Pengelolaan Ekosistem Gambut
“Rewetting atau membasahi lahan gambut kuncinya di tata air. Kalau gambut kering bisa mengeluarkan Co2 dan gas-gas lain yang mudah terbakar,” ujar Imam.
Rewetting merupakan pembasahan kembali lahan gambut yang mengering untuk menjaga kelembapan dan mencegah risiko kebakaran. Rewetting bisa dilakukan dengan membangun sumur bor.
Kedua, revegetasi, yang melibatkan penanaman kembali tumbuhan di area gambut untuk memulihkan ekosistemnya.
Menurut dia, setiap lahan gambut memiliki kondisi yang berbeda, sehingga jenis tanaman yang dipilih juga harus disesuaikan dengan kondisi tapak di sekitarnya.
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan tanaman dapat tumbuh optimal dan mendukung keberlanjutan ekosistem gambut.
Langkah penting lainnya adalah revitalisasi, yaitu upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan perekonomian masyarakat di sekitar lahan gambut.
Revitalisasi tidak hanya membantu menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal.