Dua tahun kemudian, TB Hasanuddin diutus menjadi Ajudan Presiden B.J. Habibie.
Tak berselang lama, ia ditunjuk menjadi Kastaf Garnisun Jakarta pada tahun 1999.
Semenjak itu, kariernya makin melenting.
Pada tahun 2001, TB Hasanuddin diangkat menjadi Sekretaris Militer Presiden Megawati Soekarnoputri.
Setelah itu, ia diamanahkan untuk menjadi Sekretaris Militer Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004.
Barulah di tahun 2005 TB Hasanuddin didapuk untuk mengisi kursi jabatan posisi sebagai Staf Mabes TNI AD.
Rekam jejak
TB Hasanuddin memiliki rekam jejak yang cemerlang baik saat masih aktif menjadi prajurit TNI ataupun setelah pensiun.
Terbukti, sang jenderal bintang 2 ini telah meraih sejumlah penghargaan tanda jasa, seperti Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, dan Bintang Yudha Dharma Nararya.
Kemudian, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun, Satyalancana G.O.M VII, Satyalancana Dwidya Sistha (Ulangan Kedua), Satyalancana Seroja, Satyalancana Wira Karya, Satyalancana Santi Dharma, dan Satyalancana Wira Siaga.
Baca juga: Jenderal Pol. Purn. Drs. Roesmanhadi, S.H.
TB Hasanuddin juga telah menelurkan sejumlah karya tulis buku yang berjudul Arsitektur Keamanan Nasional, Rmbook (2013) dan Bela Negara dan Kontradiksi Wacana Bela Negara.
Setelah pensiun sebagai Pati TNI AD, TB Hasanuddin terjun menjadi politikus PDIP.
Di PDIP, ia juga mendapat jabatan posisi yang strategis.
TB Hasanuddin tercatat pernah menjadi Ketua Departemen Politik DPP PDI Perjuangan, Plh. Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, dan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat.
Pada tahun 2018, TB Hasanuddin sempat diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi terkait penyidikan dugaan tindak pidana korupsi untuk Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI.