TRIBUNNEWS.COM - Yosef Suprapto lebih dikenal dengan nama Yos Suprapto.
Seniman kelahiran 26 Oktober 1952 ini kritis terhadap masalah sosial dan budaya, kelahiran Surabaya.
Bahkan Yos Suprapto juga kerap menuai kontroversi.
Dikutip dari tesis Pembuatan Buku Biografi: Yos Suprapto Naskah Akademik Skripsi Berbasis Karya (2018) karya Dorothy Ryani Honesty dari Universitas Multiedia Nusantara (UMN) via Kompas, Yos Suprapto adalah seorang pelukis yang sering menyuarakan kritik sosial lewat hasil karyanya.
Yos Suprapto dikenal sebagai seorang seniman yang memandang bahwa ide dan konsep kreatif dapat direpresentasi secara konvensional maupun nonkonvensional.
Pasalnya, beberapa karya Yos Suprapto sering menggambarkan tentang kritiknya mengenai masalah politik, sosial, sampai budaya nusantara.
Lukisan Yos Suprapto kerap memiliki makna simbolis yang abstrak dengan garis dan warna khas, seperti hitam, merah, biru, hijau, coklat, kuning, dan putih.
Pelukis yang menekuni dunia seni sejak SMA tersebut sudah sejak dulu peduli terhadap isu sosial dan lingkungan.
Biodata Yos Suprapto
Nama lengkap: Yosef Suprapto
Nama panggilan: Yos Suprapto
Baca juga: Kronologi Pameran Lukisan Yos Suprapto Dihentikan Galeri Nasional, Pengamat Sebut Wujud Pembredelan
Pekerjaan: Seniman
Tempat lahir: Surabaya
Tanggal lahir: 26 Oktober 1952
Agama: Belum diketahui
Pendidikan
Dikutip dari Tribunnewswiki, Yos Suprapto pernah menempuh pendidikaan di ASRI Yogyakarta pada 1970.
Namun, pada 1973 Yos Suprapto keluar.
Seniman kelahiran Surabaya ini pernah terlibat sebagai aktivis mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru.
Kala itu, Yos Suprapto pun menjadi kontributor majalah bawah tanah independen sebagai ilustrator sampul.
Yos Suprapto lalu berhasil menyandang gelar PhD bidang Sosiologi Kebudayaan dari Southern James Cook University, North Queensland, Australia dan pernah tinggal di sana selama lebih dari 25 tahun.
Bahkan nama Yos Suprapto bukan hanya dikenal sebagai pelukis saja.
Namun sosok Yos Suprapto juga dikenal sebagai ahli pertanian yang meneliti kandungan mineral selama lebih dari 10 tahun dan memahami penerapan teknologi pertanian.
Kemampuannya dalam pertanian tampak dalam buku yang ditulis bersama penulis-penulis lain berjudul Aplikasi Pupuk Kandang yang Ramah Lingkungan dalam Persepktif Budaya (2022).
Sepak Terjang
Sejak awal karirnya sebagai pelukis di tahun 1970-an, Yos sudah sering bekerjasama dengan para pengelola galeri seni maupun taman wisata untuk memamerkan karya-karya lukisnya.
Dikutip dari tulisan Donny Pratidana dan Bima Agus Setyawan , Nama Yos Suprapto diketahui pernah terlibat sebagai aktivis mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru.
Yos Suprapto pun pernah ikut menjadi kontributor dalam majalah bawah tanah 'Independen' sebagai ilustrator halaman sampul majalah itu.
Yos Suprapto pernah mengangkat isu lingkungan dalam pameran tunggalnya bertajuk “Bersatu Dengan Alam” di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta pada tahun 1994 silam.
Bukan cuma itu, seniman kelahiran Surabaya ini juga pernah menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia beberapa kali.
Yos Suprapto menggelar pameran bertajuk Barbarisme : Perjalanan Anak Bangsa pada tahun 2001.
Pameran tersebut juga menjadi sebuah bentuk kritik Yos Suprapto kepada budaya kekerasan yang kala itu mulai merajalela di masyarakat.
Yos Suprapto pun pernah terlibat dalam pameran berjudul Republik Udang yang digelar di Tembi Gallery Yogyakarta di tahun 2005 silam dengan karyanya yang mengkritik budaya korupsi yang terjadi pada pemerintahan pasca reformasi tahun 1998.
Yos Suprapto diketaui juga pernah mengadakan pameran lain seperti pameran Arus Balik Cakrawala tahun 2017 di Galeri Nasional.
Di tahun 2024, Yos Suprapto sebenarnya diagendakan bakal kembali menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional.
Namun sayangnya pameran Yos Suprapto tesebut tidak jadi digelar.
Hal tersebut dikarenakan tidak mencapai kesepakatan dengan pihak Galeri Nasional dan pihak kurator.
Yos Suprapto juga mengambil keputusan untuk kembali ke Yogyakarta dengan membawa kembali karya-karyanya yang menuai kontroversi.
(TRIBUNNEWS.COM/Ika Wahyuningsih)