Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menghadapi fenomena populasi menua (aging population).
Data Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) mencatat peningkatan jumlah lansia di Indonesia.
Baca juga: Makin Banyak Lansia Jepang Hidup Sendiri, Picu Kekhawatiran akan "Lonely Death"
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kemendukbangga Wihaji dalam Wisuda Akbar Sekolah Lansia di Bina Keluarga Lansia menuju Lansia Berdaya yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
"Tahun kemarin kan 10 persen, tahun sekarang 11,75 persen, dan diperkirakan tahun 2045 aging population kita itu sudah 20,5 persen. Di masa-masa emas kita 2045 itu 20,5 persen. Ini penting untuk kita pikirkan tentang bonus demografi," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Baca juga: Daftar 11 Program 100 Hari Kerja Pramono-Rano: Job Fair Tiap 3 Bulan hingga Home Service Lansia
Wihaji soroti meningkatnya tren kesepian pada penduduk lansia yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Skrining nasional yang dilakukan oleh Kemendukbangga atau BKKBN pada 2024 menunjukkan bahwa kesepian memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental lansia.
Sebanyak 64,4 persen lansia dilaporkan mengalami depresi.
Prevalensi depresi ini lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan lebih banyak dialami oleh kelompok usia di atas 80 tahun.
Terutama mereka yang memiliki pendidikan rendah, tinggal seorang diri, dan belum menikah.
Ada beberapa dugaan penyebabnya kenapa hal ini bisa terjadi.
Salah satunya karena para lansia seringkali merasakan kesendirian atau kekosongan.
Misalnya karena anak-anaknya sudah tidak bersama lagi, sehingga akan membuat lansia merasa tidak diperhatikan.
Di sisi kesehatan, lansia juga cenderung mengalami penurunan.