TRIBUNNEWS.COM – Bertani tembakau mungkin bukan pilihan pekerjaan yang langsung terlintas di benak banyak orang. Namun, bagi sebagian masyarakat, tanaman ini merupakan penyelamat perekonomian mereka.
Nilai dan permintaan tembakau yang konsisten memberikan sebuah peluang ekonomi, baik untuk memenuhi kebutuhan harian maupun menciptakan lapangan kerja yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Manfaat dari keberadaan tanaman tembakau ini telah dirasakan langsung oleh Sudarti. Cuaca yang panas di Desa Sudo, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah menjadi berkah tersendiri baginya, karena mempermudah proses penjemuran tembakau hasil panennya hingga cepat kering.
Sudarti cukup dikenal di kalangan petani tembakau di Desa Sudo. Bukan semata karena ia seorang perempuan, tetapi karena ketekunan dan dedikasinya yang luar biasa. Tak jarang, ia masih berada di lahan hingga larut malam demi memastikan kondisi lahan dan tanaman tembakaunya tetap terjaga dengan baik.
Cukup lama bergelut di bidang ini, sudah terhitung sepuluh tahun sejak Sudarti bergabung dengan program kemitraan dari PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) yang dijalankan melalui perusahaan pemasok.
Sebelum menjadi petani tembakau, Sudarti merupakan buruh pabrik. Namun, pada tahun 2014, dirinya harus mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK dari perusahaan tempatnya bekerja dulu.
"Setelah PHK itu saya pulang ke Rembang. Sempat bingung mau bekerja apa. Namun saya memutuskan menanam tembakau setelah disarankan oleh tetangga," ungkapnya mengenang masa lalu.
Sebagai pendatang baru di dunia pertanian, Sudarti saat itu masih sangat minim pengalaman. Beruntung, melalui program kemitraan yang diikutinya, ia mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang membantunya memahami seluk-beluk dunia bertani.
"Saya dibina dan diarahkan dari awal. Dari mulai menanam sampai proses pasca-panen, saya terus mendapatkan pembinaan," katanya.
Melalui pendampingan setiap harinya, tembakau yang Sudarti tanam dapat tumbuh dengan baik. Tentu, ketekunan Sudarti punya andil besar untuk ini.
Baca juga: Cerita Ansori, Petani Tembakau di Rembang Gerakkan Ekonomi, Gunakan Lahan yang Semula Tak Produktif
Menggerakkan ekonomi kerakyatan
Setelah menjadi petani tembakau, perekonomian Sudarti meningkat. Sebagai seseorang yang mengalami pahitnya PHK, pencapaian Sudarti saat ini merupakan sesuatu yang tak pernah terpikir di benaknya.
Dari hasil penjualan tembakaunya, Sudarti bisa membeli sepeda motor dan menabung untuk masa depan.
"Hasil pertanian tembakau selalu bagus. Sehingga saya bisa punya dua sepeda motor sekarang. Satu untuk keperluan sehari-hari, dan satu lagi untuk dipakai di lahan," ceritanya.
Lahan yang dimilikinya terus berkembang hingga mencapai sekitar 1,5 hektar. Kesejahteraan yang dirasakan pun tak hanya dinikmati oleh Sudarti, tetapi juga oleh masyarakat di sekitarnya. Dalam proses penanaman dan panen tembakau, Sudarti melibatkan lima warga sekitar sebagai pekerja.
"Mereka adalah tetangga yang selalu saya ajak setiap musim tembakau. Sebelumnya, mereka tidak punya pekerjaan tetap saat musim kemarau," imbuh Sudarti.
Dengan makin banyaknya petani tembakau di desanya, ia mengungkapkan bahwa terkadang para petani saling bersaing untuk mendapatkan tenaga kerja. Hal ini makin terasa terutama saat musim kemarau, ketika tanaman lain sulit tumbuh optimal. Berbeda dengan tanaman lainnya, tembakau justru dapat tumbuh dengan baik di musim kemarau dan panas.
"Kalau kemarau ini tidak ada yang menganggur. Pekerjanya sampai kurang-kurang," ucap Sudarti.
Baca juga: Kemasan Polos Ancam Rantai Pasok Tembakau, Ribuan Petani Jawa Tengah Terancam
Melangkah maju bersama program kemitraan Sampoerna
Kisah Sudarti merupakan bukti bahwa pertanian tembakau bisa memberi manfaat bagi banyak orang dan dapat dilakukan oleh siapa pun, termasuk perempuan. Di Rembang, Sudarti pun bukan satu-satunya perempuan yang terlibat dalam pertanian tembakau.
Karmati adalah contoh lain. Ia bekerja sebagai buruh tani di lahan milik Kepala Desa Gunem. Sama halnya dengan Sudarti, Karmati juga merasakan manfaat dari adanya pertanian tembakau dan program kemitraan Sampoerna.
Karmati, buruh tani tembakau di Desa Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya sudah 14 tahun bekerja sebagai buruh tani tembakau. Karmati mengaku bersyukur, karena saat ini mempunyai pekerja yang pasti.
"Manfaat pertanian tembakau bagi saya adalah pekerjaan ini yang membuat saya punya penghasilan setiap hari," ucapnya.
Sebelumnya, Karmati sempat bekerja sebagai buruh tani untuk berbagai tanaman lainnya. Namun, ia merasa bahwa bertani tembakau dapat membawa peningkatan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya.
"Kalau tembakau setiap hari. Karena itu, saya juga mendapat penghasilan setiap hari," ujarnya.
Tak hanya soal penghasilan, sebagai buruh tani yang bekerja untuk petani mitra Sampoerna, ia juga mendapatkan beragam pelatihan dan pendampingan dari program kemitraan.
"Saya menerima pelatihan untuk hal-hal yang saya kerjakan di lahan. Pelatihannya dilakukan secara bertahap dan dipantau juga setiap hari," ungkap Karmati.
Karmati bersyukur karena hasil dari menjadi buruh tani tembakau tersebut dapat mengantarkan anaknya menyelesaikan pendidikan hingga dapat pekerjaan.
"Alhamdulillah sudah kerja semua," katanya.
Program kemitraan Sampoerna dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas tembakau dan kesejahteraan petani.
Program kemitraan ini tidak hanya menguntungkan petani mitra, tetapi juga menyediakan berbagai pelatihan untuk keluarga dan buruh tani mereka. Petani yang dibina mendapatkan dukungan berupa pendampingan, pelatihan teknis, kemudahan akses terhadap modal dan fasilitas produksi pertanian, serta jaminan pembelian hasil pertanian sesuai kesepakatan yang telah disetujui.
Melalui rangkaian kegiatan ini, diharapkan dampak positif dari program kemitraan dapat dirasakan oleh komunitas sekitar petani dan turut mendorong perekonomian lokal.(*)
Baca juga: PT HM Sampoerna Tbk. Perkuat Program Kemitraan untuk Dorong Kesejahteraan Petani