Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Valuasi bisnis unicorn Indonesia GoTo saat ini mencapai 30 miliar dolar AS setelah masuknya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dalam penggalangan dana sebelum proses initial public offering (IPO).
ADIA menanamkan modal senilai 400 juta dolar AS.
Baca juga: Foxconn Siap Investasi Industri Baterai dan Kendaraan Listrik di Indonesia
Ekonom dan Ahli Keuangan Universitas Prasetiya Mulya Agus Salim mengatakan, suntikan investasi ADIA melalui pra IPO-nya GoTo menjadi salah satu tolok ukur keyakinan investor terhadap rencana IPO GoTo.
“Ini menunjukkan adanya confidence investor atas valuasi dan rencana IPO GoTo, sehingga mereka berani untuk menyuntikan investasinya. Yang kedua, keyakinan bahwa IPO itu akan sukses,” katanya dalam siaran pers, Senin (25/10/2021).
Melalui penggalangan dana pra-IPO, GoTo dikabarkan membidik jumlah investasi sekitar 1,5 miliar-2 miliar dolar AS.
Dengan dana sebesar itu, GoTo bakal memiliki likuiditas jumbo pasca-IPO yang rencananya dilakukan pada awal tahun depan.
Baca juga: Cara Check-In Fitur PeduliLindungi di Gojek, Tokopedia, Shopee serta Cara Download Sertfikat Vaksin
Menurut Agus, keberhasilan pra-IPO GoTo akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan teknologi itu di pasar modal.
Pasalnya, GoTo sebagai ekosistem digital memiliki model bisnis yang berbeda dibandingkan emiten yang sudah ada.
“Secara umum kalau dilihat dari sisi ekonomi IPO GoTo akan menguntungkan. Akan banyak investor yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi dengan model bisnis yang kuat seperti GoTo. Yang terpenting dengan GoTo menjadi perusahaan publik hal itu akan menjadikan perusahaan lebih transparan dan proses bisnisnya semakin baik,” tuturnya.
CEO GoTo Group Andre Soelistyo bangga menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan yang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO.
"Kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang. Dukungan dengan skala seperti ini menegaskan keyakinan kami bahwa Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi tujuan besar selanjutnya untuk investasi teknologi,” kata Andre.
Valuasi GoTo saat ini merupakan lompatan besar mengingat saat melakukan kolaborasi bisnis Mei lalu, valuasi Gojek dan Tokopedia baru sekitar 18 miliar dolar AS.
Masuknya sovereign wealth fund sekelas ADIA akan sangat strategis bagi IPO GoTo.
Keberhasilan GoTo menarik investasi ADIA terjadi kompetitornya seperti Grab, perusahaan asal Malaysia, masih kesulitan melakukan IPO.
Sementara itu kinerja saham Bukalapak juga terus mengalami koreksi dan sudah berada dibawah harga IPO.
Disuntik Jelang IPO
GoTo Group mendapat suntikan dana dari Abu Dhabi senilai 400 juta dollar AS atau setara dengan Rp 5,7 triliun menjelang go public atau initial public offering (IPO).
Suntikan dana didapat usai platform tersebut menandatangani perjanjian dengan anak usaha Abi Dhabi Investment Authority (ADIA). Hal ini menjadikan ADIA memimpin penggalangan dana pra-IPO Go To.
Transaksi tersebut juga menjadi investasi pertama oleh Departemen Private Equities ADIA ke dalam perusahaan teknologi Asia Tenggara, sekaligus menjadi investasi terbesarnya di Indonesia.
"Kami menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan uang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO, selagi kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang," kata CEO GoTo Group, Andre Soelistyo dalam siaran pers, Jumat (22/10/2021).
Dengan penyuntikan itu, ADIA akan menjadi investor terbaru uang masuk ke dalam daftar investor global di GoTo, menyusul Alibaba Group, Astra International, Facebook, Global Digital Niaga (GDN), Google, KKR, Paypal, Sequoia Capital India, Sofbank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, dan Warburg Pincus.
"Sangat menyenangkan bagi kami untuk melihat ADIA dan investor global lainnya yang telah menjadi bagian dari gerakan GoTo," beber Andre.
Direktur Eksekutif Departemen Private Equities ADIA, Hamad Shahwan Al Dhaheri menyebut, investasi di GoTo sejalan dengan berbagai tema investasi utama, termasuk pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Dia mengakui, melihat potensi yang kuat di wilayah ini terutama di Indonesia.
“Kami telah mengikuti dengan cermat berbagai pekerjaan yang telah dilakukan oleh Gojek dan Tokopedia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di kawasan ini, bahkan sebelum mereka bersatu," kata Hamad.
Sebagai informasi, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia ini telah menghasilkan 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020 dengan nilai transaksi bruto (GTV) sebesar lebih dari 22 miliar dollar AS.