Kemudian melanjutkan studinya di The Wharton School untuk mengambil gelar MBA bidang manajemen pada 2008 hingga 2010.
Kariernya pun dimulai sebagai CEO VidyaJyoti Technologies yang berbasis di New Delhi, India, pada Januari 2000 hingga Januari 2001.
Di perusahaan ini, ia memulai bisnis layanan pendidikan berbasis Internet yang menyediakan materi studi serta logistik bagi perguruan tinggi.
Selanjutnya ia berkarier sebagai Software Development Engineer pada Juli 2004 hingga Juli 2007 di Amazon.
Tugasnya adalah menganalisis pola permintaan pelanggan dan mengusulkan perubahan strategis dalam kebijakan manajemen inventaris untuk Eropa dan Jepang.
Lalu pada Juli 2007 hingga Juli 2008, ia menjadi Manager Engineering and Product serta Inventory Control di perusahaan yang sama, Amazon.
Baca juga: Venturra Capital Sudah Suntik 40 Startup Senilai 150 Juta Dolar AS
Di Amazon, ia dianugerahi gelar 'Role Model' untuk kepemimpinannya selama dua tahun berturut-turut, apresiasi ini hanya diberikan kepada 5 persen karyawan teratas di seluruh dunia.
Terkait posisinya, tim yang dipimpinnya bertanggung jawab atas alokasi pengadaan inventaris di seluruh dunia senilai 15 miliar dolar AS dan kontrol kapasitas yang menghasilkan peningkatan tingkat layanan gudang dari tahun ke tahun sebesar 500 basis poin di seluruh Amerika Utara.
Timnya juga meluncurkan sistem manajemen inventaris real-time pertama Amazon yang mengurangi waktu tunggu untuk transfer inventaris sebesar 30 persen.
Selain itu, divisinya juga memperbaiki sistem jaringan pemenuhan Amazon untuk mengelola jaringan multi-tingkat yang meningkatkan arus kas bebas sebesar 95 Juta dolar AS, menyelamatkan proyek yang bermasalah dan dikirim lebih cepat dari jadwal.
Baca juga: Startup Raksasa Nasional Dikuasai Investor Asing, Lima BUMN Ini Tak Ingin Ketinggalan
Di perusahaan yang dipimpin Bezos itu, ia telah bekerja cukup lama yakni selama 4 tahun 1 bulan.
Setelah tidak bekerja untuk raksasa teknologi itu, Mehra kemudian melanjutkan kariernya sebagai Summer Consultant di The Boston Consulting Group (BCG) pada Juni 2009 hingga Agustus 2009.
Kemudian pada Oktober 2010 hingga September 2012 ia bekerja sebagai Management Consultant pada perusahaan yang sama.
Pekerjaannya ini terkait dengan pengembangan bisnis dan strategi pertumbuhan.
Setelah bekerja di BCG, ia pun memulai karier barunya di Flipkart.com sebagai Direktur Utama yakni pada periode Agustus 2012 hingga September 2014.
Baca juga: Sempat Ditutup Bank Indonesia, Startup Flip Masuk LinkedIn Top Startup List!
Ia kemudian melanjutkan kariernya di Sequioa Capital sebagai Investor pada Oktober 2014 hingga Mei 2017.
Saat itu ia mencari, mengevaluasi, dan mendorong investasi di perusahaan Business to Consumer (B2C) seperti Urban ladder, DailyHunt, NearBuy/Groupon, Traveloka, Shuttl.
Mehra juga membangun hubungan di seluruh ekosistem untuk mencari peluang baru dan membangun perusahaan mitra.
Kariernya berlanjut dengan menjadi Chief Product & Strategy Officer di Pine Labs pada Juni 2017 hingga September 2018.
Di Pine Labs, ia memimpin fungsi produk, strategi & pemasaran.
Ia juga mengolah ulang proposisi pinjaman konsumen untuk pemberi pinjaman non-perbankan yang menghasilkan komisi 3 kali lebih baik.
Lalu mendorong penggalangan dana bersama Sequoia yang menghasilkan investasi oleh PayPal, Temasek, Actis, dan Altimeter Capital senilai 207 juta dolar AS dan terkumpul pada penilaian 1 miliar dolar AS.
Mehra kemudian berwirausaha di Singapura, ia berprofesi sebagai Investor Swasta pada Oktober 2018 hingga saat ini.
Laki-laki ini menjadi investor sekaligus mentor untuk startup, terutama yang berfokus di bidang e-commerce dan FinTech seperti BharatPe, Khatabook, Bijak, Remedo, Klub dan Bukukas.
Ia juga menjadi anggota sekaligus Komite Investasi di AngelList India sejak Maret 2019 hingga saat ini.
Hingga pada akhirnya pada Juni 2019 sampai saat ini ia menjadi Founder dan CEO Ula, startup yang berbasis di Indonesia dan berfokus pada pemberdayaan peritel kecil.
Di negara berkembang seperti Indonesia, ritel tradisional telah mampu mempekerjakan jutaan orang.
Dikutip dari akun LinkedIn miliknya, Kamis (7/10/2021), Mehra mengatakan bahwa ia dan Founder lainnya melihat banyaknya peritel kecil di Indonesia sebagai sebuah peluang.
"Kami mengkaji ulang cara kerja ritel tradisional dan menanamkannya dengan teknologi, praktik terbaik ritel modern, dan ilmu data untuk penjaminan modal kerja," kata Mehra.
Ula telah mengumpulkan 10,5 juta dolar AS putaran benih yang dipimpin oleh Sequoia Capital (India) Singapura dan Lightspeed India.
SMDV, Quona Capital dan Saison capital juga berpartisipasi dalam putaran tersebut.
Perusahaan ini juga kini mendapatkan investasi dari Jeff Bezos.
Selain Mehra, ada pula founder lainnya yang turut mendirikan startup ini, yakni Alan Wong yang sebelumnya bekerja di Amazon, Derry Sakti yang mengawasi operasi raksasa consumer goods P&G di Indonesia, serta Riky Tenggara yang pernah bekerja di Lazada.