Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Ethereum berpeluang kembali naik karena kini akan memasuki fase The Merge.
Ethereum saat ini menjadi aset kripto terpopuler setelah Bitcoin.
CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, The Merge merupakan transisi jaringan Ethereum dari mekanisme proof-of-work (PoW) ke mekanisme proof-of-stake (PoS).
Menurutnya, dengan mekanisme PoS yang digadang gadang lebih efisien, memiliki potensi untuk bisa menaikkan permintaan ETH dan menaikkan harga ETH.
Baca juga: Coinbase Luncurkan Token ERC20 Menjelang Ethereum Merge
“Adanya perubahan pada protokol Ethereum ini, membuatnya memiliki beberapa keuntungan seperti penggunaan Energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Selama ini, Ethereum didapatkan dengan skema Proof of Work.
Jika, dijelaskan secara sederhana, Ethereum didapatkan dengan cara mining atau penambangan, seperti Bitcoin.
Mekanisme proof-of-work diclaim mengonsumsi energi listrik yang besar karena alat penambang Ethereum membutuhkan spesifikasi komputer tinggi dan rig mining yang komplit serta listrik yang besar,” jelas Oscar.
Sedangkan Proof of staking atau mendapatkan ETH dengan staking hanya menggunakan modal internet sehingga lebih simple dan ramah lingkungan.
Kelebihan yang dimiliki Proof of Stake ini, bisa membuat token Ethereum (ETH) lebih berharga sehingga memiliki potensi harga ETH akan naik setelah proses The Merge selesai meskipun sejatinya harga aset kripto bergantung pada kondisi pasar.
Oscar menjelaskan, Upgrade Ethereum 2.0 ini terbagi dalam tiga fase dan terlihat cukup rumit karena benar benar merombak mekanisme konsensus Ethereum itu sendiri.
Terlebih, Ethereum bukan hanya sekadar koin namun merupakan jaringan blockchain yang banyak dimanfaatkan oleh hal lain seperti untuk NFT ataupun token token yang Berjalan di atas jaringan Ethereum.
Baca juga: Saham Coinbase Ambles Terseret Penurunan Harga Bitcoin dan Ethereum Selama Pekan Ini
“Fase pertama upgrade ini diperkenalkan pada bulan Desember 2020 lalu dan berjalan paralel dengan main chain Ethereum yang disebut dengan Mainnet.
Fase ini merupakan fase peluncuran Beacon Chain. Fase kedua yaitu fase The Merge di mana Mainnet dan Beacon Chain digabungkan dan jaringan Ethereum pun mulai beroperasi menggunakan mekanisme Proof-of-Stake (PoS),” jelas Oscar.
Fase ketiga sekaligus fase terakhir dari Ethereum 2.0 disebut dengan sharding, yang kemungkinan besar akan diluncurkan pada tahun 2023, dimana Ketika sharding telah terjadi, Ethereum akan dapat menangani ribuan transaksi per detik.
Dengan adanya sharding ini tentu Oscar berharap berpengaruh pada penurunan gas fee. Karena selama ini, mahalnya gas fee merupakan kekurangan dari Ethereum itu sendiri.
Melihat pergerakan harga Ethereum selama tiga tahun terakhir memang dipenuhi dengan volatilitas yang tinggi namun sebenarnya dari tahun ke tahun progresnya pun cukup mengesankan jika dilihat secara jangka panjang.
Baca juga: Saingi Bitcoin, Volume Ethereum Naik 100 Persen dari Titik Terendahnya
“Pada tahun 2021, Ethereum menunjukkan tren yang positif dengan mengalami all time high lebih dari satu kali.
Meskipun Per Hari Ini (Jumat, 9 September 2022 pukul 10.00 WIB) harga Ethereum masih berada di kisaran 24 juta rupiah / 1 Ethereum, saya yakin dengan perubahan yang dibuat oleh Ethereum harga kripto ini pun akan Naik secara bertahap di kemudian Hari karena Ethereum masih menjadi pilihan utama dalam berinvestasi aset kripto.
Harapan saya, momentum The Merge bisa dimanfaatkan trader aset kripto untuk mendapatkan profit. Karena di kemudian hari pun akan berpotensi naik ,” tutup Oscar.
Dengan adanya momen tersebut, diharapkan trader atau investor pemula juga bisa memanfaatkan momen ini dan membaca pergerakan Ethereum lebih baik lagi.
Ethereum dapat dibeli di Indodax, crypto exchange asli Indonesia dengan member yang sudah mencapai lebih dari 5.5 juta.