Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Layanan perbankan kripto asal Amerika, Silvergate tengah bersiap untuk menghentikan seluruh aktivitas operasionalnya usai melakukan likuidasi sukarela.
Dalam siaran pers yang dirilis Silvergate, bank kripto ini menyatakan bahwa semua layanan akan ditutup secara permanen. Penutupan ini terjadi tepat setelah pekan kemarin Silvergate menghentikan platform pembayarannya yakni Silvergate Exchange Network (SEN).
“Mengingat perkembangan industri dan peraturan baru-baru ini, Silvergate percaya bahwa penutupan operasi Bank dan likuidasi sukarela adalah jalan terbaik. Rencana penutupan dan likuidasi mencakup pembayaran penuh semua deposito,” ujar pengumuman Silvergate Bank, Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Perdagangan Kripto di India akan Diatur Lewat Undang-Undang Pencucian Uang
Mengutip dari Techcrunch, penutupan layanan dilakukan Silvergate lantaran bank kripto ini terdampak kebangkrutan FTX. Sikap agresif para legislator yang menyoroti hubungan bank Silvergate dengan FTX dan Alameda Research.
Mendorong investor untuk berlomba-lomba menarik deposito mereka dari bank Silvergate, bahkan beberapa mitra termasuk Coinbase Global Inc dan Galaxy Digital memutuskan hubungan kerja sama dengan Silvergate.
Hingga mengakibatkan penurunan deposito pelanggan sebesar 68 persen atau sekitar 3,8 miliar dolar AS. Imbas aksi rush bank atau penarikan ini juga membuat Silvergate mengalami pembengkakan kerugian mencapai 1 miliar dolar AS selama kuartal keempat 2022.
Perjalanan Silvergate Bank
Sebelum mengalami kemunduran, bank asal California yang didirikan tiga tahun lalu ini awalnya hanya menawarkan pinjaman lokal dalam jumlah kecil. Namun Silvergate Bank menjadi sangat terkenal usai mengeksplorasi layanan di industri kripto, seperti pembelian, penjualan, dan perdagangan aset digital.
Tercatat selama harga token melonjak, simpanan di Silvergate ikut terkerek naik melonjak menjadi 10 miliar dolar AS pada tahun 2021. Berbanding jauh dengan simpanan di 2020 yang hanya 2 miliar dolar AS.
Akan tetapi ditengah melejitnya popularitas Silvergate, perbankan yang berbasis di La Jolla, California ini terjerat kasus pidana Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) lantaran dituduh membantu dan bersekongkol dengan mantan CEO FTX Sam Bankman-Fried (SBF) untuk melakukan tindak pidana penggelapan dana investor senilai miliaran dolar AS.
Baca juga: Eks CEO FTX Dilarang Hubungi Karyawan Perusahaan Lewat Aplikasi Perpesanan Signal
Tekanan ini yang kemudian membuat simpanan Silvergate merosot menjadi 6,3 miliar dolar AS atau turun lebih dari 50 persen hanya dalam kurun waktu tiga bulan.
Berbagai cara telah dilakukan Silvergate Bank untuk menutupi penarikan tersebut, termasuk menjual sekuritas utang senilai 5,2 miliar dolar AS serta memberhentikan 40 persen tenaga kerjanya.
Sayangnya cara tersebut belum cukup untuk mengatasi krisis likuiditas pada Silvergate Bank. Alasan tersebut yang membuat bank kripto ini menutup layanannya.
“Masalah yang dihadapi Silvergate disebabkan oleh manajemen risiko yang kurang memadai, terutama karena terlalu mengandalkan simpanan jangka pendek, yang mudah berubah ketika meminjamkan atau berinvestasi dalam durasi yang lebih lama," kata CEO CoinRoutes Dave Weisberge.
Baca juga: Bahama Sita Aset Digital FTX Senilai 3,5 Miliar Dolar AS
Selain mendorong kerugian pada perusahaan, pukulan ini juga telah memicu memberikan pukulan besar pada dunia kripto dimana saham-saham perusahaan aset sempat bereaksi negatif terhadap masalah Silvergate.
Termasuk anjloknya saham perusahaan terkait mining BTC, seperti Ebang International dan Canaan In yang turun 2,8 persen dan 8,4 persen. Kemudian Microstrategy yang anjlok 3,8 persen dan saham Coinbase yang merosot 2.7 persen pada perdagangan Kamis (9/3/2023)