News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Capres AS Kamala Harris Kena Semprot Investor, Dituding Jadi Penghambat Pertumbuhan Bisnis Kripto

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kamala Harris

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menjelang pemungutan suara pemilihan presiden (Pilpres) AS yang bakal digelar November mendatang, capres dari partai Demokrat Kamala Harris belakangan menuai banyak kritikan pedas dari komunitas kripto di AS.

Kritikan ini muncul setelah kampanye Kamala Harris dianggap mengalihkan penekanan dari regulasi aset digital. Selama kampanye berlangsung, Harris selalu menyoroti berbagai sektor, termasuk semikonduktor dan kecerdasan buatan namun dalam kebijakan ia tak pernah menyebut Bitcoin, kripto, teknologi blockchain, atau aset digital.

“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa 'industri canggih lainnya di masa depan' adalah kripto. Namun dia (Kamala Harris) tidak mendukungnya, dan ia belum mengatakan apapun tentang subjek tersebut,” jelas Taylor Barr, seorang rekanan kebijakan senior di Digital Chamber.

Baca juga: Waspada, Ratusan Aplikasi Android Disusupi Malware Mencuri Uang Kripto

Alasan tersebut yang membuat para komunitas kripto geram, mereka menilai Harris adalah sosok yang kontra dengan aset digital lantaran Harris memiliki sikap yang tidak jelas dan tidak mendukung mata uang kripto.

Bahkan sebagian dari investor kripto mulai dilanda kekhawatiran lantaran kemenangan Harris di pilpres AS dapat berpotensi mencalonkan Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Gary Gensler yang anti kripto sebagai Menteri Keuangan.

Isu inilah yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas kripto, memicu kepanikan apabila kemenangan Harris bisa menghambat pertumbuhan Bitcoin CS hingga mendorong kemunculan tren penurunan kripto di AS.

Bitcoin Diramal Meroket Jika Trump Terpilih

Berbanding terbalik dengan Kamala Harris, Donald Trump kandidat dari partai Republik justru mendapat banyak dukungan dari investor kripto karena kebijakannya cenderung pro dengan kripto dan sejumlah aset digital.

Bahkan untuk mendukung perluasan adopsi kripto di AS, Trump mantan Presiden AS yang kini kembali mencalonkan diri berencana menunjuk ketua Securities and Exchange Commission (SEC) yang ramah terhadap kripto, mendirikan cadangan strategis Bitcoin nasional, serta membentuk dewan penasihat kripto untuk presiden.

Dengan kebijakan tersebut, kemenangan Trump diyakini akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pasar kripto. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan riset Bernstein, diperkirakan bahwa harga Bitcoin bisa melonjak.

Mencapai angka fantastis yakni sebesar 90.000 Dolar AS (Rp1,3 miliar) pada akhir tahun ini jika Donald Trump memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat 2024.

"Sulit untuk memprediksi hasil pemilu, tetapi jika Anda memiliki aset kripto jangka panjang di sini, kemungkinan besar Anda akan mengambil perdagangan Trump," ujar Analis Bernstein Gautam Chhugani, dilansir Channel News Asia, mengutip Yahoo Finance.

“Kemenangan Trump bisa membawa bitcoin melambung ke titik tertinggi baru akhir tahun ini, dengan mata uang kripto tersebut berpotensi diperdagangkan pada kisaran 80 ribu dolar AS per keping hingga 90 ribu dolar AS per keping pada Desember 2024,” imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini