Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mayoritas harga kripto di pasar global mencatatkan rapor merah, termasuk aset bitcoin yang dilaporkan turun 4 persen hingga harganya di obral di kisaran 60.371 dolar AS per koin di awal perdagangan Selasa (2/10/2024).
Meski saat ini harga reli Bitcoin telah perlahan naik di level 61.66 dolar AS, namun harga tersebut masih terlampau jauh bila dibandingkan dengan harga Bitcoin di akhir September yang melesat 66.000 dolar AS per koin.
Tak hanya aset Bitcoin saja yang membukukan sentimen negatif, dalam perdagangan 24 jam terakhir pasar kripto ikut amblas, seperti Ethereum yang anjlok 6,09 persen menjadi ke 2.480 dolar AS per koin. Sementara Tether turun 0,01 persen ke level 0.9998 dolar AS per koin, pada perdagangan Rabu (2/10/2024), melansir Coinmarketcap.
Baca juga: Pecah Rekor, Harga Bitcoin Tembus 65.000 Dolar AS Terdorong Isu Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan
Mengekor yang lainnya harga aset Dogecoin ikut terperosok turun 8,62 persen jadi 0.1083 dolar AS per koin. Disusul token TRON yang bergerak negatif, anjlok 1,48 persen ke level 0.1543 dolar AS per koin. Kemudian Shiba Inu bergerak pada tren penurunan 8,78 persen ke level 0.00001683 dolar AS per koin.
Raport merah pada pasar kripto terjadi sesaat setelah militer Israel mengatakan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menembakkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel.
Rincian operasi militer Iran ini masih belum pasti. Namun disebutkan bahwa serangan rudal-rudal Iran ditembakkan ke wilayah Tel Aviv untuk menyasar obyek vital dan militer Israel.
Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) berdalih serangan itu adalah balasan atas serangan Israel yang menewaskan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah minggu lalu dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada akhir Juli, akan tetapi imbas serangan tersebut investor bereaksi negatif pada pergerakan pasar kripto.
Selain konflik Timur Tengah, laporan dari CNBC International menyebut bahwa para investor kini juga tengah mengawasi mogoknya para anggota International Longshoremen’s Association di pesisir timur dan teluk Amerika Serikat, yang berpotensi mempengaruhi perekonomian AS.
Meski harga Bitcoin CS mencatatkan raport merah, namun pengamat ekonomi sekaligus penulis buku keuangan terkenal 'Rich Dad Poor Dad’, Robert Kiyosaki memprediksi harga Bitcoin di tahun 2025 dapat meledak hingga tembus ke level 500.000 dolar AS atau sekitar Rp 7,58 Miliar (satuan kurs Rp15.229) per koin.
Baca juga: Harga Bitcoin Terlampau Tinggi, Masih Menarik Untuk Pemula?
Dalam cuitannya, Kiyosaki menjelaskan Bitcoin memiliki keterbatasan pasokan yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga aset ini tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter pemerintah yang cenderung menyebabkan inflasi.
Oleh karenanya Bitcoin dapat menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang mencari diversifikasi portofolio, lantaran Bitcoin dapat menjadi aset pelindung ketika ekonomi dunia tengah mengalami krisis ekonomi.
Terlebih Bitcoin memiliki sifat yang terdesentralisasi, memberikan kebebasan dan kontrol penuh kepada pengguna atas kekayaan mereka. Kelebihan ini yang membuat Bitcoin menjadi alat investasi yang menarik, terutama dalam menghadapi resesi ekonomi, inflasi dan devaluasi mata uang fiat.