TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mobil sedan Lancer EX yang tidak terkendali lalu melayang dan memicu tabrakan beruntun saat dikemudikan Abdul Qodir Jaelani (13) di jalan tol Jagorawi, Minggu, lalu dapat dipacu sangat kencang. Mobil buatan Jepang itu memiliki kecepatan maksimum 220 kilometer per jam.
"Lancer EX mempunyai kecepatan maksimal 220 kilometer/jam. Dan untuk sistem keamanan dilengkapi risk body yang berfungsi meredam benturan," Mitsubishi Motors Corporation PR Section PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Jerry Amran, kepada TRIBUNnews.com, saat di Jakarta, Senin (9/9/2013).
Perlu diketahui, di Indonesia, perdagangan mobil Mitsubishi ditangani PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors selaku agen tunggal pemegang merk (ATPM).
Bila penumpang tidak memakai sabuk pengaman, kata Jerry, alarm mobil akan berbunyi dan bunyi semakin kencang jika pengemudi tetap membandel, tidak mengenakan sabuk. "Kalau tak memakai sabuk pengaman, airbags tidak akan keluar kalau terjadi benturan," ujarnya.
Jerry menjelaskan Mitsubishi Lancer ada dua jenis yakni Lancer EX, dan Lancer Evo (Evolution X). Keduanya memakai transmisi automatic. Mitsubisihi Lancer EX hanya ada satu varian.
Krama Yudha mulai menasarkannya sejak tahun 2008. "Harga pasar saat itu sekitar Rp 400 jutaan," kata Jerry. Sekarang, mobil baru serupa sudah tidak dipasarkan.
Jerry meluruskan mengenai penyebutan sedan sport yang selama ini beredar di media pascakasus putra bungsu Ahmad Dhani - Maia Estiyanti tersebut. "Lancer EX ini kategori sedan, bukan sport. Mungkin karena bentuknya ada sayap di belakang, orang menganggap sedan sport," kata Jerry.
Ia menuturkan perbedaan Lancer EX dan Evo sangat jauh, hampir tiga kali lipatnya. Lancer Evo memang sedan sport, dan pernah dipakai pebalap Rifat Sungkar di Amerika. "Lancer Evo memang sedan sport. Itu juga keluar tahun 2008. Perbedaannya dengan EX tiga kali lipat. Harganya saja beda. Evo dibanderol Rp 1,2 miliar," ucapnya.
Mengenai kecelakaan yang menimpa Dul saat mengendarai Lancer, Jerry mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah itu Lancer EX atau Lancer Evo. Pihak Mitsubishi sulit membedakan saat membaca hal tersebut di media karena kondisi mobil yang sudah rusak berat.
"Saya juga lihat di media. Sudah rusak berat ya, jadi agak sulit. Saya lihat dari gambar sekilas, dari kabin, setirnya, itu saya asumsikan Lancer EX. Tapi saya belum bisa memastikan," tuturnya.
Sedangkan Lancer Evo, kata Jerry, kecepatan maksimalnya juga sekitar 220 kilometer/jam, bukan 300 kilometer/jam. Namun yang paling membedakannya dengan Lancer EX adalah teknologi yang dibenamkan, faktor safety, dan fitur-fitur lainnya.
Sebagai contoh, Lancer Evo mampu menembus angka 100 kilometer/jam dalam waktu lima detik. Sedangkan hal tersebut tak mungkin dilakukan Lancer EX. Menurutnya kecepatan 100 kilometer/jam bisa ditembus Lancer Evo karena mesin mobil tersebut turut dibenamkan turbo. Sehingga meskipun top speednya sekitar 220 kilometer/jam, sangat terasa perbedaannya saat ngebut di jalanan.
Berdasarkan pantaun TRIBUNnews.com di lokasi kejadian, di tol Jagorawi Km 8 + 200, terdapat kwitansi yang ditulisi mobil tersebut tipe Lancer EX. Pada selembar kwitansi Nawilis, tertulis nama pemilik mobil, jenis kendaraan serta alamat lengkap berikut nomor telepon.
Mitsubishi Lancer EX ini kado dari Dhani kepada putra sulungnya, Ahmad Al Ghazali (Al), ketika berulang tahun pada 2010 silam. Saat ini Al berusia 17 tahun.
Belakangan mobil tersebut sering digunakan Dul (adik Al), karena Al sudah mendapat mobil sport terbaru. Mitsubishi Lancer EX disokong mesin 2.000 cc 16 Valve DOHC bertenaga 155 Hp pada 6.000 rpm dan torsi 20,6 kgm Nm pada 4.250 rpm yang menggerakkan roda depan. Mesin ini tanpa turbo.
Sedangkan tipe Evolution X diperkuat mesin 2.500 cc liter 16 valve Intercooler Turbocharge DOHC Rail DI-D (4D56) menghasilkan tenaga besar 276 hp. Tenaganya naik berkat turbo. Mesin ini menggerakan kempat rodanya (all wheel drive).
Kemudian, teknologi yang dijejali dalam mesin Lancer Evo adalah dapat mendeteksi jalanan licin, kering, sampai bersalju. Deteksi tersebut akan mempengaruhi kontrol mobil selama berkendara, dari jalan lurus sampai berbelok.
"Dari faktor safety juga beda. Evo memakai rem merk Brembo. Itu sudah cakram depan belakang. Sedangkan Lancer EX, cakramnya hanya di depan," ucapnya.
Baik Lancer Evo maupun EX, jika ada konsumen yang ingin membeli maka harus memesan secara inden. Perakitan kedua mobil tersebut pun tak dilakukan di Indonesia, melainkan sudah langsung dari Jepang. Sehingga ketika sampai di Indonesia, sudah berbentuk mobil, utuh (built-up), dan tak lagi bentuk bagian-bagian.
"Lancer EX sekarang sudah tak keluar (mobil barunya) karena tak ada perubahan. EX dan Evo itu inden langsung dari Jepang. Kami menyediakan Lancer Evo untuk melengkapi varian. Evo juga dijual di importir umum, karena itu kami juga menyediakan untuk melengkapi varian," jelasnya.
Mengenai penggunaan mobil Lancer EX maupun Evo, Jerry mengaku pihaknya tak bisa mengatur-atur konsumen agar mobil tersebut digunakan sesuai peruntukkannya. Seperti Lancer Evo yang merupakan sedan sporty, jika ada konsumen yang menggunakan sedan itu di jalanan biasa dan bukan di sirkuit, maka pihaknya tak bisa melarangnya.
"Itu tergantung konsumen. Bisa dipakai sehari-hari. Untuk sport juga monggo. Lancer Evo ini tak cuma untuk sirkuit. Lintasan yang ada tanah-tanahnya seperti itu juga bisa," imbuhnya.
Jerry menambahkan, mengenai rencana kepolisian memanggil pihaknya untuk ditanya-tanya mengenai hal yang berkaitan dengan kecelakaan tersebut, ia mengaku pihaknya belum dikabari secara resmi oleh kepolisian.
"Kami sudah dengar di media. Tetapi belum mendapat panggilan resminya. Kalaupun dipanggil, kami siap," tandasnya. (tribunnews/dng)