TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT General Motors Indonesia (GMI) selaku Agen Pemegang Merek (APM) Chevrolet membidik kawasan Indonesia Timur sebagai wilayah penetrasi penjualan.
Dalam usahanya itu, PT GMI menggandeng PT Putera Auto Kencana (PAK) sebagai satu di antara diler utama penjualan produk, khususnya untuk kawasan Palangkaraya dan sekitarnya.
Andee Y Yoestong, Presiden Direktur PT PAK menjelaskan, peluang penjualan produk Chevrolet di kawasan tersebut berprospek cerah.
Ia mencontohkan, rasio kepemilikan kendaraan di Indonesia baru sekitar 1:20. Artinya, tiap 20 orang, baru satu yang memiliki roda empat. Ia membandingkan dengan rasio di Malaysia yang mampu mencapai 1:3.
Hanya, kata dia, tingkat sebaran kendaraan roda empat di Indonesia saat ini memang belum merata. Tapi ia optimistis, penetrasi itu akan lebih menyebar, terlebih jika ada program pemerintahan baru yang mendukung hal itu.
Cerahnya prospek penjualan Chevy di kawasannya ditopang oleh produk yang punya keunggulan mendasar dari apa yang ditawarkan kompetitor.
"Spin misalnya, tidak susah menjualnya. Harga kompetitif, kualitas Amerika dan Eropa. Banyak konsumen yang justru minder duluan karena mengira harganya mahal. Saat diberitahu, mereka justru heran dan bilang 'Ini bukan produk Tiongkok kan?'," kata Andee lalu tertawa dalam sebuah perbincangan santai di sebuah resto di bilangan Senayan, Kamis (23/10/2014) kemarin.
Toh, kualitas produk dan harga yang kompetitif bukan satu-satunya faktor pemikat utama bagi konsumen. Andee menjelaskan, pelayanan paripurna secara komprehensif pada pelanggan jadi faktor kunci. Agar layanan paripurna itu terjadi, jelasnya, pengembangan secara internal wajib terlaksana.
Serap Kearifan Lokal
Andee juga menyebut, penetrasi yang perusahaannya lakukan tak semata soal penjualan produk. Pengembangan sumber daya manusia, jadi concern utama perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.
Andee mencontohkan, perusahaan yang ia pimpin menerapkan pola keterbukaan dengan carrier path berjenjang yang bisa menembus level top management.
"Agar itu terjadi, kami memberikan training-training hingga kemampuan internal. Karyawan yang berminat ikut training bahkan mendapat insentif. Selain itu, kami juga memberikan jaminan kesehatan pada pribadi karyawan dan keluarga. Pendidikan keluarga karyawan juga jadi perhatian. Lewat cara itu, staf kami akan lebih fokus bekerja," katanya.
Pada setiap pembukaan diler, kata dia, PT PAK juga memperioritaskan putra daerah untuk menjadi ujung tombak. Atas hal itu, ia meyakini industri penopang di sekisaran diler juga akan terangkat.
"Ini juga berujung pada konsumen nantinya. Lihat bagaimana brand image sebesar Chevrolet berani membuka pabrik di Indonesia. Ini karena mereka ingin memahami secara utuh kebutuhan roda empat yang sesuai dengan masyarakat Indonesia. Lewat pembangunan pabrik, berapa banyak industri penopang yang terangkat? Berapa ribu orang yang terserap bekerja?" ujar Andee.
Mengadopsi kearifan lokal, bukan berarti PT PAK mengabaikan perkembangan teknologi. Mereka bahkan menyebut telah mengembangkan aplikasi mobile untuk beragam platform smartphone yang berguna buat kebutuhan pelanggan.