Untuk moge Harley dia menilai, tujuh dari 8 kelas yang dipertandingkan sudah mencakup semuanya. "Untuk balapan merek lain kita akan upayakan dibuka, semangat kita kan brotherhood. Tapi untuk juara umumnya hanya kita ambil dari Harley Davidson, sebanyak tujuh kelas. satu kelas lainnya adalah FFA (Free for All/merk bebas)," jelasnya.
Dia menegaskan, balapan moge seperti ini tak hanya bisa andalkan speed tapi juga keterampilan rider.
"Event ini fun tapi serius digelar. banyak bikers senior yang hari ini muncul. ini jadi ajamg reuni pebalap senior dan junior. Ada pebalap berusia 55 tahun, Andre Jazz, dragster senior yang turun membalap. Tahun 2004 (event serupa pernah digelar) dulu cuma 5 tim yang turun. Kita sekarang ada 23 tim. Ada beberapa yang batal karena aneka kendala seperti kendaraan. Standar safety kita ikuti standar IMI, celana jins masih boleh atau racing suite. Atasan harus jaket kulit atau racing suite," beber Harry Wijayanto.
Dia juga menyatakan, untuk kubikasi mesin bagi motor perserta dari merk non HD ditetapkan minimal harus 600 cc.
Terkait dengan kondisi cuaca hujan deras selama separuh lomba berlangsung, menurutnya tak ada masalah. "Lintasan selalu kita cek," katanya.
Dia juga menilai Lanud Rumpin merupakan lokasi terbaik untuk menggelar balapan ini.
"Kita putuskan lokasi di Lanud Rumpin ini karena lokasi terbaik karena minimal trek harus minimal 700 meter lurus yang bisa dipakai aturan internasional. Kita di sini pakai trek 1000 meter lebar 20 meter," ungkapnya.
Suherli, Direktur Harley Owners Group (HOG) Anak Elang Jakarta Chapter menyatakan puas dengan seri perdana ini.
"Ini seri pertama, harapannya seri kedua dan seterusnya bisa meriah seperti sekarang. Kalau melihat animo peserta terlihat sangat antusias. Banyak pebalap senior yang turun, mereka dulu kerap membalap di drag race. Kalau lihat seri ini, kita berharap mereka yang semula hanya jadi pengunjung bisa turun ikut membalap," kata Suherli.