TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Instruktur senior Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengingatkan warga masyarakat agar berhati-hati dalam memilih bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraannya.
Dia menyatakan, bahan bakar terbaik untuk kendaraan adalah yang sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh pabrikan otomotif yang memproduksi kendaraan tersebut.
Sony menyebutkan, setiap pabrikan otomotif selalu menyertakan petunjuk manual, biasanya berupa buku, berisi panduan perawatan kendaraan berkala, termasuk ketentuan jenis bahan bakar yang direkomendasikan untuk digunakan.
Sony menjelaskan, penggunaan bahan bakar yang sesuai dengan rekomendasi produsen kendaraan bersangkutan akan membuat usia pakai kendaraan menjadi lebih panjang. Selain itu resale value kendaraan juga menjadi tinggi saat akan dijual kembali.
Sony mengingatkan, ada komponen penting di kendaraan yang akan terkena dampak langsung jika menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang disarankan pabrikan.
Yakni komponen yang disebut Electronic Control Unit atau ECU.
Sony menyatakan, ECU merupakan komponen paling vital di kendaraan. Ibaratnya, komponen ini menjadi jantung di kendaraan. ECU ini umumnya terdapat pada kendaraan-kendaraan modern keluaran terbaru yang dipasarkan oleh agen pemegang merk (APM).
"Memakai bahan bakaryang tidak dianjurkan industri otomotif adalah tidak berfungsinya salah satu komponen penting, yaitu Engine Control Unit (ECU). Sebagai ‘jantung’-nya kendaraan keluaran baru, jika Jika ECU yang terkena maka bisa membuat kendaraan tidak bisa digas dan mesin tiba-tiba mati," ungkap Sony Susmana.
Sony menambahkan, tanda-tanda kerusakan pada ECU ditandai oleh menyalanya Engine Check.
“Kendaraan tidak mau digas dan mati. Ada juga yang cuma bisa dibawa tiga kilometer, jalan sebentar, setelah itu mati. Kalaupun dihidupkan lagi, maka akan mati lagi,” ujarnya.
Sony memaparkan, bahan bakar yang sesuai standar yang direkomendasikan APM ditunjukkan dalam kadar oktan. “BBM yang digunakan harus sesuai dengan oktan yang direkomendasikan industri otomotif,” kata Sony.
Selain tertulis pada buku manual kendaraan, keterangan tentag standar oktan terendah bahan bakar ini disematkan pada penutup kunci ruang pengisian BBM. Beberapa APM juga menyematkan berupa stiker kecil di kaca belakang.
Pengisian BBM yang sesuai anjuran, lanjut Sony Susmana, selain membuat kinerja kendaraan menjadi optimal namun sekaligus membuat usia mesin menjadi panjang.
Sony menyebutkan, pada kendaraan keluaran baru, BBM yang dianjurkan adalah oktan minimal 92, misalnya seri Pertamax. BBM tersebut sudah sesuai dengan tingkat rasio kompresi kendaraan keluaran baru yang minimal sudah mencapai 10:1.
Baca: Faisal Basri: Revisi UU Monopoli Bisa Lemahkan Peran KPPU