Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah yang sedang menggenjot penerapan penggunaan bahan bakar biodiesel atau B20 mulai tahun ini mendapat resistensi (penolakan) dari pelaku industri transportasi.
Wakil Ketua Bidang Industri dan Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengatakan pihaknya telah melakukan uji coba B20 hingga ratusan kilometer.
Hasilnya, penggunaan biodiesel justru bermasalah para mesin, karena ditemukan endapan pada pipa bahan bakar sehingga merusak mesin.
"Posisi kami saat ini menolak implementasi ini, kecuali ada mitigasi dari pemerintah untuk masalah tersebut. Apalagi kami sudah mencoba hingga ratusan kilometer," ujar Kyatmaja di Kantor Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018).
Baca: Megawati Jadi Ganjalan SBY, Mengapa Sulit Merapat ke Koalisi Jokowi
Pria yang kerap disapa Kyat itu menjelaskan penggunaan B20 membuat boros bahan bakar. Saat diuji Jakarta ke Surabaya normalnya menghabiskan bahan bakar sebanyak 200 liter dengan B20 menjadi 230 hingga 260 liter.
Selain itu Kyat mengatakan, kendaraan yang menggunakan biodiesel tidak lolos dalam uji kendaraan (kir).
Untuk lolos uji KIR, Kyat mengaku kendaraan harus menggunakan Pertadex terlebih dulu sebelum diisi B20.
Selain Kyat, Anggota Kompartemen Lingkungan dan Industri Gaikindo, Ketut Suciarta juga mempertanyakan nasib B20 apabila B30 diterapkan.
"Jangan sampai B20 hilang ketika B30 hadir, mobil kama pada mogok, ini penting," ujar Ketut.
Ketut juga khawatir dengan harga minyak kelapa sawit yang mengikuti harga dunia, jika harga minyak kelapa sawit naik dikhawatirkan akan terjadi ekspor sehingga stoknya terbatas.
Staff Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan pasokan minyak kelapa sawit cukup bahkan berlebih dan untuk harganya juga sudah ditetapkan pemerintah.
"Jadi kalau tiba-tiba harga naik itu dijamin tidak ada perubahan," ujar Dadan.