Namun, Fadli merasa cara tersebut kurang efektif.
"Dulu ada balapan di televisi kelas GP 500, jadi saya sering ajak orang tua saya nonton. Tapi saya pikir, orang tua saya masih ragu," ucapnya.
Baca: Inilah Penjelasannya, Mengapa Berat Badan Penderita Diabetes Cenderung Naik
Alhasil, Fadli terpaksa tetap ikut balap motor yang tidak resmi. Yakni balap motor liar.
Kendati demikian, dia berpesan agar tidak mengikuti balap liar. Menurut dia, balap liar merupakan wadah yang tidak profesional untuk mengembangkan bakat balap para pemula.
"Akibatnya, pastilah namanya anak yang dikekang akan mencari jalan lain, yaitu balapan liar. Beberapa kali saya ikut balapan liar, tapi jangan dicontoh. Karena tidak punya fasilitas, sedangkan saya punya kemampuan tapi tidak tersalurkan. Akhirnya mencari jalan lain, underground yaitu balap liar," jelas Fadli.
Baca: Fakta-Fakta Tewasnya Kopda TNI Lucky Prasetyo Dianiaya Secara Brutal oleh 3 Pria Kekar
Namun, kegiatan balap liar yang dilakukan Fadli ketahuan oleh ibunya.
Karena itu, sambungnya, ibu Fadli merasakan mimpi anaknya untuk jadi pembalap ini sangat kuat. Sehingga, ibunya pun mencari cara agar anaknya dapat mengikuti balap motor yang resmi.
"Tapi orang tua saya mengetahui dan dari saat itu akhirnya, mungkin dia banyak komunikasi dengan teman-temannya, ya harus ada wadahnya. Saat itulah saya menandatangani KIS (Kartu Izin Start) itu syaratnya harus ada tanda tangan orang tua."
"Dari situ saya diizinkan, walaupun orang tua saya sangat berat hati, dan akhirnya saya bisa balap pertama kali di tahun 2001 yang saat itu ada Kejurda di Kemayoran. Saat itu saya di juara keempat, tapi seri berikutnya saya sudah langsung juara ketiga dan habis itu lanjut terus naik tingkat," jelas Fadli.
Baca: Kasus Penghinaan Ikan Asin, Farhat Abbas Woro-woro di Medsos, Jadi Lawyer Rey Utami dan Pablo
Fadli menuturkan, bagi calon pembalap muda harus memiliki impian yang kuat dan harus punya tekad.
"Jadi, intinya adalah apapun kemauan kita yang penting punya tekad pasti bisa jalan. Contohnya, saya sekarang punya sekolah balap. Banyak banget tuh, mungkin seumuran-seumuran kalian yang ingin balap motor, banyak yang tanya lewat pesan di Instagram. 'Mas saya pengin jadi pembalap, tapi apalah daya saya tidak punya biaya.' Aduh, itu alasan klasik," kata Fadli.
"Harusnya berusaha dulu baru kita ada jalan. Sedangkan, kalau bicara dulu, yang saya alami, bisa dibilang pakai motor vespa seadanya. Tapi alhamdulillah sampai terakhir saya ada di tim balap motor pabrikan Honda. Semua sudah saya rasakan mulai dari Suzuki, Honda, Yamaha, Kawasaki, dan semua itu bermulai dari Vespa," sambungnya.