Adapun pertumbuhan dari masing-masing merek tersebut mengalami penurunan jumlah impor. Untuk Alat Berat Toyota mengalami penurunan 30,60% menjadi 685 unit di sepanjang 2020.
Kobelco turun 43,69% menjadi 638 unit. Caterpillar turun 1,98% menjadi 346 unit dan Komatsu turun 71,17% menjadi 322 unit.
Pertumbuhan volume penanganan alat nerat di sepanjang 2020 masih diperoleh dari peningkatan penanganan bongkar muat dari kategori truk dan bus.
Meski dari kategori Alat Berat yang biasa digunakan untuk industri Pertambangan dan lainnya cenderung lebih rendah di sepanjang 2020 namun, IPCC masih mendapatkan tambahan revenue dari segmen truk/bus.
"Kami berharap permintaan akan alat-alat berat dapat kembali meningkat di sepanjang 2021 dengan mengasumsikan kian pulihnya industri pertambangan, perkebunan, kehutanan, hingga konstruksi," katanya dalam siaran pers, Jumat (29/1/2021).
Dengan demikian, sambungnya diharapkan juga volume penanganan bongkar muat terhadap Alat Berat yang memiliki tarif penanganan bongkar muat lebih besar dibandingkan dengan CBU dan spareparts dapat kembali meningkat dan dapat memberikan revenue enhancement dan peningkatan kinerja pada IPCC di sepanjang 2021.
Manajemen berharap, tahun ini dapat menjadi tahun perbaikan dan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan seperti yang diperkirakan Pemerintah dan sejumlah kalangan sehingga dapat meningkatkan permintaan kembali atas Alat Berat.
Laporan Reporter Ika Puspitasari
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Isuzu dan Hitachi kuasai pasar ekspor alat berat melalui Terminal IPPC sepanjang 2020