Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan kerja ke Tokyo, Jepang.
Pada hari kedua kunjungannya, Agus Gumiwang melakukan pertemuan dengan empat pimpinan perusahaan Otomotif Jepang. Keempat perusahaan itu adalah Mazda Motor Corp., Honda Motor Co. Ltd., Suzuki Motor Corp., dan Toyota Motor Corp.
Menperin didampingi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi, Kamis (11/3/2021).
Kunjungan Menperin juga dimanfaatkan untuk sosialisasi kebijakan penyesuaian tarif pajak sektor otomotif dan tarif pajak kendaraan listrik.
Dalam pertemuan dengan Hiroshi Inoue, yang merupakan Managing Executive Officer Mazda Motor Corporation, Menperin menyampaikan terkait kebijakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Kendaraan Bermotor. Termasuk di antaranya mengundang Mazda, untuk mendirikan pabrik di Indonesia dengan memanfaatkan berbagai insentif yang diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja.
Baca juga: Pengamat: Larangan Mobil Usia 10 Tahun di Jakarta Berdampak Bagus Buat Industri Otomotif
Pihak Mazda dalam pertemuan itu menyampaikan ketertarikannya berinvestasi dalam pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB) di Indonesia.
Dalam 2-3 tahun ke depan, Mazda berkomitmen membangun industri KBL-BB, dan diharapkan dapat memperoleh pasokan baterai listrik dari Indonesia.
Selain melakukan pertemuan dengan empat raksasa otomotif Jepang, Menperin juga bertemu dengan Fujimoto Masayoshi, Presiden & CEO Sojitz Corporation yang mengungkapkan ketertarikannya untuk mengembangkan industri Methanol dan Amonia di kawasan Teluk Bintuni Papua Barat.
“Proyek Bintuni masuk dalam status Proyek Strategis Nasional (PSN) sehingga akan memperoleh kemudahan serta berbagai insentif Pemerintah," ujar Menperin Agus Gumiwang, seperti dikutip Tribunnews.com dari keterangan tertulis KBRI Tokyo, Kamis (11/3/2021).
Proyek pertrokimia di Bintuni ini lanjut Agus Gumiwang, akan menjadi proyek pertrokimia terbesar dengan luas 2.600 hektar. Pembicaraan yang lebih teknis terkait proyek Bintuni akan dibahas pada saat kunjungan Menperin berikutnya ke Jepang pada bulan Mei mendatang.
Baca juga: Mengapa Program Vaksinasi Covid-19 di Jepang Sangat Terlambat Dibandingkan Korea Selatan?
Guna merealisasikan proyek ini, Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan diperlukan dukungan penuh kedua Pemerintah dalam pengembangan industri pertrokimia di Bintuni.
Pada Kamis malam waktu Jepang (11/3/2021) diagendakan, Menperin akan bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Hiroshi Kajiyama dan Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang Hiroto Izumi.
Sementara itu, di tengah rangkaian kunjungan kerja Menperin Agus Gumiwang di Tokyo, Dubes Heri Akhmadi menyampaikan bahwa kerja sama perdagangan, industri dan investasi dengan Jepang untuk pemulihan ekonomi nasional secara keseluruhan menjadi perhatian khusus di 2021 dan tahun-tahun berikutnya.
"Pandemi Covid19 tidak menyurutkan langkah kami untuk kerja-kerja kongkret demi pemulihan ekonomi nasional," tegas Dubes Heri Akhmadi.