Nilai oktan bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai Research Octane Number (RON).
Di Indonesia, RON yang tersedia berkisar 90 hingga 98. Nilai oktan merupakan angka yang menunjukan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan.
Baca juga: Kapan Pembelian BBM Pertalite Dibatasi? Ini Kata Menteri ESDM dan Pertamina
Semakin tinggi nilai RON semakin besar tenaga yang dapat dihasilkan demikian pula semakin tinggi rasio kompresinya semakin besar tenaga yang dapat dihasilkan, sehingga rasio kompresinya yang tinggi tentunya memerlukan nilai RON yang tinggi pula.
Semakin tinggi nilai oktan berarti semakin tinggi pula ketahanan terhadap tekanan. Dengan kata lain, dibutuhkan tekanan lebih tinggi dan waktu lebih lama dalam proses pembakaran. Berlaku sebaliknya dengan bahan bakar oktan lebih rendah.
3. Efek BBM Tidak Sesuai
Menggunakan BBM tidak sesuai dengan spesifikasi mesin dalam jangka panjang bisa menimbulkan masalah seperti mesin mengelitik (knocking) dan penumpukan deposit sisa pembakaran yang tidak sempurna.
Jika terjadi terus menerus, sangat berpotensi menimbulkan kerusakan pada komponen mesin.
Misalnya penggunaan bensin oktan tinggi pada mesin kompresi rendah. Bensin dengan oktan tinggi membutuhkan tekanan lebih tinggi dan proses pembakaran lebih lama.
Baca juga: Daftar Harga BBM Pertamina Hari Ini, Minggu 22 Januari 2023, Pertalite, Solar, hingga Pertamax
Ini akan membuat mesin menjadi kesulitan membakar bensin dengan oktan yang lebih tinggi, akibatnya tenaga mesin akan kurang maksimal dan pastinya lebih boros dari sisi biaya.
Hal itu berlaku sebaliknya pada penggunaan bensin oktan rendah pada mesin berkompresi tinggi.
Ada kemungkinan bensin akan terbakar sebelum busi memercikkan api. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya knocking dan penumpukan deposit sisa pembakaran karena proses pembakaran tidak sempurna.
Artinya, penggunaan bensin dengan oktan tinggi tak membuat kerja mesin jadi lebih baik jika tak sesuai dengan spesifikasi mesinnya.