Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Market otomotif masih lesu sejak akhir tahun lalu, ditandai dengan penjualan mobil domestik hanya sekitar 1 jutaan unit.
Hingga pertengahan 2024 penjualan wholesale mobil turun 19,5 persen, tepatnya 408.012 unit pada semester 1-2024 dari sebelumnya 506.427 unit pada 2023.
Pengamat otomotif sekaligus peneliti LPEM UI Riyanto bilang, tidak akan cara lain untuk mendongkrak penjualan mobil kecuali melalui kebijakan relaksasi.
"Untuk solusi jangka pendeknya meningkatkan pasar tidak ada cara lain. Sekarang kalau mendorong peningkatan pendapatan masyarakat pasti lama dari 4.900 dolar AS ke 6.000 dolar AS," ujarnya.
"Kalau pendapatan kita 6.000 dolar AS, pasar otomotif kita akan berkembang hingga 1,5 juta, tetapi untuk mencapai 6.000 dolar AS per-kapita itu kan lama, mungkin baru tercapai 2028 atau 2030," ungkap Riyanto di acara Focus Group Discussion Penguatan Industri Otomotif di Hotel Santika BSD, Tangerang, Banten, Senin (22/7/2024).
Riyanto menyatakan, dengan relaksasi pemerintah tidak akan kehilangan pendapatan pajak yang dipungut dari penjualan kendaraan.
"Elastisitas itu selisih harga permintaan terhadap penjualan. Rata-rata yang segmen Low MPV dan LCGC itu sangat elastis, antara 1,5 persen sampai 2 persen. Jadi kalau harganya turun 10 persen, penjualan kira-kira naik 15 persen," tutur Riyanto.
Dia menjelaskan, waktu yang tepat untuk memberikan relaksasi pajak bisa dilakukan saat ada pameran atau menjelang akhir tahun.
Baca juga: Menperin: Besaran Insentif Mobil Hybrid Masih Dihitung
"Kalau Oktober, November maupun Desember relaksasi pajak itu bisa diberikan. Biasanya sama dengan barang-barang yang lain, ketika diberi relaksasi atau diskon penjualan pasti akan naik mudah-mudahan bisa tumbuh 1 juta lagi," terangnya.