Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penjualan otomotif Indonesia selama 10 tahun terus berada di angka 1 juta unit. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 270 juta, potensi pertumbuhan masih terbuka lebar.
Asisten Deputi Pengembangan Industri Kemenko Perekonomian Ekko Harjanto, mengatakan untuk keluar dari jebakan penjualan 1 juta unit, kunci utama adalah menaikkan jumlah penjualan, namun itu akan berkaitan dengan banyak hal.
"Kalau penjualannya meningkat tentunya kemampuan daya beli masyarakat harus kita dorong. Untuk mendorong daya beli, pendapatan harus ditingkatkan," tutur Ekko dalam diskusi Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi di Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2024).
Baca juga: Enam Mobil Baru Siap Meluncur di Gaikindo Jakarta Auto Week
Ekko menambahkan, langkah meningkatkan pendapatan penduduk Indonesia juga memerlukan upaya lain dari faktor ekonomi, seperti investasi.
"Kalau ada investasi tentu memberikan lapangan pekerjaan dan memberi multiplayer effect. Dengan permintaan tinggi dari konsumen, produsen tentu akan menambah produksinya," terangnya.
Ketua Tim Kerja Industri Alat Transportasi Darat Non Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Andi Oscar La Galigo, menyampaikan untuk membantu industri otomotif keluar dari jebakan 1 juta unit, Kemenperin tengah membahas usulan menyoal insentif.
"Untuk 2025 guna mengatasi one million trap, saat ini kami sedang mengusulkan dan membahas insentif untuk tahun 2025. Yang apabila disetujui diharapkan dapat menjadi katalis untuk jump start industri kendaraan bermotor dan menjadi pengungkit dari sisi forward dan backward linkage industri otomotif," ucap Oscar.
Ekonom Senior Cyrillus Harinowo, menjelaskan pajak menjadi satu faktor yang menghambat penjualan otomotif keluar dari zona 1 juta unit dan pemerintah perlu membagi rata insentif yang dikeluarkan untuk kendaraan bermotor.
"Itu satu hal (pajak). Kalau pemerintah sudah bersedia memberi insentif pada mobil listrik, jadi mobil hybrid atau LCGC bisa difasilitasi karena ini lebih friendly ke iklim kita," kata Harinowo.
Baca juga: Penjualan Mobil Stagnan Akibat Pengusaha Dealer Sulit Dapat Merek Baru, Ini Kata Gaikindo
Faktor lainnya ialah, Toyota yang menjadi pabrikan otomotif terbesar di Indonesia perlu dijaga, karena perannya yang cukup besar bagi industrialisasi kendaraan.
"Kedua, kalau bicara industri mobil Jepang Toyota, bagi saya adalah Pioneer bagi industrialisasi kita. Ini aset bangsa yang harus kita jaga. Saya minta tolong pak Ekko dan pak Oscar, tolong jagain Toyota karena ini aset bangsa," ujarnya.
Dengan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Opsen atau pungutan tambahan pajak oleh pemerintah daerah, konsumen akan semakin terbebani.