Lejar mengatakan, karyanya ini merupakan penggambaran dari sosok-sosok orang Papua, yakni memiliki rambut keriting, kulit gelap, dan membawa barang-barang yang digunakan untuk berburu.
"Ciri khasnya, saya mengamati orang Papua, biasanya rambutnya keriting, tubuh besar, mereka juga suka berburu, ada tempat panah, ditangannya ada panah, lalu ada tas anyaman dari Papua, lalu saya gabungkan konsep ini (dengan kebudayaan Jawa)," ujar seniman asal Jogja ini.
Lejar mengaku karya ini sebagai representasi dari dirinya sendiri.
"Dan juga (karya ini) representasi diri saya yang (keturunan) Jawa dan Papua," tambah Lejar.
Konsep besarnya adalah menggabungkan dua hal berbeda.
Diungkap Lejar, mengutip pernyataan Steve Jobs oleh Dwi Mariyanto, Lejar meyakini bahwa menggabungkan dua hal berbeda akan melahirkan hal yang baru.
Dua hal berbeda ini cukup terwakili dari perbedaan suku antara ayah dari Papua dan ibu dari Jawa.
Dirinya juga mengaku terinspirasi dari Sukasman, pembuat wayang ukir.
"Terinspirasi Bapak Sukasman yang membuat wayang ukir."
"Jadi awal membuat saya meng-sketsa yang berbeda dengan mereka, lalu membuat wayang sesuai imajinasi saya," ucap Lejar.
Pembuatan wayang dapat diaplikasikan ke berbagai media, baik dengan menggunakan media kulit, plastik, dan karton.
Sementara, untuk menatah dan mewarnai wayang, Lejar meminta bantuan pengrajin dari Desa Wisata Wayang Pucung, Jalan Imogiri Timur KM 14, Dengkeng, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kalau dari bentuk saya terinspirasi dari seniman tersebut."
"Tapi saya imajinasikan sendiri. Untuk natah dan mewarnai (wayang), saya minta tolong pengrajin dari Pucung," ucap Lejar.
Hingga saat ini, sudah ada 12 karakter Wayang Papua yang dibuat oleh Lejar.
Dari proses penciptaan karya seninya ini, Lejar pernah diminta untuk memamerkan karyanya di beberapa galeri di Indonesia.
Tak hanya itu, bahkan bersama Wayang Papua, Lejar pernah melakukan pameran di Hongaria, Eropa.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)