Diah mencari donor plasma untuk sang adik pada akhir tahun 2020 lalu.
Adiknya yang memiliki komorbid telah 3 minggu berada dirawat di ICU RS Dr. Oen Solobaru.
Diah lalu mengerahkan segala cara untuk mendapatkan pendonor, di mana kala itu masih belum banyak orang tahu soal donor plasma konvalesen seperti saat ini.
Penyintas Covid-19 kala itu pun masih sedikit sehingga membuat Diah cukup kesulitan.
"Susah sih emang cari donor plasma. Apalagi waktu itu Covid belum sebanyak sekarang dan masyarakat masih menutup diri, dianggap Covid itu seperti aib. Jadi bener susah untuk tahu siapa yang bisa dimintain tolong donor," aku Diah.
Hingga akhirnya ia pun meminta bantuan adik kelasnya yang merupakan salah satu koordinator relawan Darah Untuk Kita (DATA) di Solo.
Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Orang Tua Wajib Waspadai Kasus DBD pada Anak
Diah akhirnya berhasil mendapatkan 3 calon pendonor, sayangnya hanya satu yang kala itu lolos.
"Ada 3 calon yang menghubungi saya bersedia untuk donor. Akhirnya ketiganya dites titer di PMI. Ternyata yang cocok cuma satu. Alhamdulillah setelah dapet plasma kondisi adik saya semakin membaik," ujarnya.
Perempuan asal Solo ini pun mengaku membutuhkan kurang lebih dua hari hingga akhirnya mendapatkan pendonor.
Selain sulit mencari pendonor, Diah menyebutkan kendala juga muncul dari sulitnya menghubungi pihak PMI.
"Saya kontak dokter PMI tapi nggak ada respons. Dikasih 3 nomer waktu itu yang balas cuma 1 dan sedang di Salatiga posisinya. Jengkel sih saya. Apa gunanya mereka pasang hotline kalau kami chat nggak dibalas kami telepon nggak diangkat," terang Diah.
Meski begitu, Diah bersyukur akhirnya adiknya sudah tertolong. Ia pun memberikan pesan dan dukungan pada mereka yang kini tengah berjuang mencari pendonor plasma.
"Alhamdulillah banget pokoknya banyak ditolong orang2 baik.