TRIBUNNEWS.COM - Sebuah pameran kesenian yang dibarengi workshop sketsa digelar di Tumurun Private Museum di Surakarta, Minggu (23/1/2022).
Bekerjasama dengan S. Sudjojono Center, kegiatan bertema 'Sketch Like Sudjojono' ini digelar dengan merepresentasikan karya-karya seorang seniman yang dikenal sebagai sosok Bapak Seni Rupa Modern Indonesia, S Sudjojono.
Pemilik nama lengkap Sindoesoedarsono Soedjojono ini merupakan seniman pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia sesuai dengan fakta yang ada.
Pantas, jika ia selalu jujur dalam membuat sebuah karya lukisan.
Baca juga: VIRAL Dekorasi Pernikahan Bak Pameran Seni, Ada Lukisan hingga Patung, Hasilnya Tuai Pujian
Baca juga: Terinspirasi Pandemi, Seniman Ini Pamerkan Lukisan yang Visualisasikan Bau-bauan ke Dalam Kanvas
Penggambaran peristiwa nyata dan apa adanya ini yang pada akhirnya menjadi ciri khas S Sudjojono.
Hingga pada akhirnya muncul istilah 'Jiwa Kethok' atau jiwa tampak dari gaya karya lukis seorang pemikir kesenian dan kebudayaan ini.
Senada dengan prinsip S. Sudjojono, menurut mentor workshop Jevi Alba, hal utama yang harus dimiliki seorang seniman dalam membuat sketsa adalah bagaimana kejujuran dapat diterapkan.
"Sketsa itu goresan (garis) yang jujur, jadi tidak bisa ditipu atau ditumpuk," jelas Jevi.
Workshop Sketsa
Memaknai kembali karya-karya S. Sudjojono, Bentara Budaya yang merupakan lembaga kebudayaan Kompas Gramedia kemudian mencoba meresponnya dengan sebuah gelaran workhop bersama Komunitas Solo Sketcher dan Komunitas Cat Air (KOLCAI) Solo.
Dengan dimentori Jevi Alba, para peserta yang diketahui berjumlah 25 orang ini mengikuti workshop mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB.
Baca juga: Gaungkan Optimisme Bangkit dari Pandemi Covid-19, Puluhan Seniman Gelar Pameran Lukisan
Melalui workshop ini, peserta tidak hanya diajak belajar perihal teknik gambar.
Namun juga diajak menelusuri kembali jejak dan riwayat cipta seorang S. Sudjojono yang terefleksikan melalui karya-karya sketsanya.
Bahkan, selain karya masterpiece-nya, para peserta yang hadir juga diperlihatkan sketsa-sketsa gambar hasil riset yang dilakukan oleh S. Sudjojono.
Pengumpulan sketsa yang berjumlah 38 bingkai tersebut yang menjadi acuan S. Sudjojono dalam melukis karya masterpiece- nya yang berjudul Sultan Agung.
Karya Berdasarkan Riset
Sebagai catatan, karya masterpiece S. Sudjojono yakni lukisan Sultan Agung berukuran 3x10 meter yang terdiri dari tiga panel besar.
Untuk menghasilkan lukisan ini, S. Sudjojono melakukan penelusuran data historis di berbagai tempat selama tiga bulan.
Baca juga: Kolaborasi dengan Seniman Yogyakarta, Hyundai X Erica Siapkan Lukisan Khusus untuk 100 Pelanggan
Tidak hanya di Jakarta dan Solo, S. Sudjojono juga sempat melakukan penelusuran data hingga ke Belanda.
Hingga pada akhirnya, S. Sudjojono dapat merampungkan karya masterpiece-nya dalam kurun waktu 7 bulan.
Gambaran tentang pertempuran antara Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen ini dilukiskan S. Sudjojono khusus untuk peresmian pembukaan Museum Sejarah Jakarta.
Apresiasi Keluarga
Sejalan dengan gelaran pameran tersebut, juga bebarengan dengan Peluncuran Buku “Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono” (Sabtu, 22 /2/2022).
Kegiatan ini masih serangkaian pameran bertajuk ‘Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S. Sudjojono’ diselenggarakan di Tumurun Private Museum sedari 28 Agustus 2021 sampai 28 Februari 2022 mendatang.
Baca juga: Replika Lukisan Terkenal Hasil Karya Tawaraya Sotatsu Mulai Dipamerkan di Kyoto Jepang
Atas terselenggranya kegiatan ini sang anak, Mariano Dara Putih (55) berterima kasih kepada pihak-pihak terkait.
"Saya sangat bersyukur, bahwa dimasa pandemi dua tahun ini kita memang tidak bisa melakukan (kegiatan) apa-apa."
"Tapi Wawan sebagai owner dari Tumurun Private Museum akhirnya mengajak kami untuk berkolaborasi membuat sebuah pameran yang berlangsung selam enam bulan.
"Kami juga bersyukur bahwa sejak S. Sudjojono Center 2006 meluncurkan buku pertama, Kompas Gramedia selalu me-suport kami karena visi dan misi kami adalah pendidikan kemudian untuk menyampaikannya kepada generasi muda pentingnya pendidikan, kesenian dan sejarah," kata perempuan sapaan Maya tersebut.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)