Hal yang sama disampaikan Kriminolog Child and Women Counselor Haniva Hasna.
Dia mengatakan bahwa ketika perempuan menghadapi goncangan dalam rumah tangga, akan dihadapkan oleh pilihan yang sulit dan berat, terlebih sebagai istri seorang aparat.
"Ia dihadapkan dalam satu pilihan yang berat, saya mau jadi lemah atau saya menjadi kuat. Ketika saya lemah maka hilanglah semuanya, sudahlah kehilangan suami, kehilangan harga diri dan kehilangan anak-anak," kata Haniva.
Baca juga: Resensi Buku Menjaga Jokowi, Menjaga Nusantara, saat Jaguar Mengawal Arjuna
Haniva pun memberikan saran kepada audience yang masih dalam masa-masa pra nikah untuk mempertimbangan dengan matang mengenai aturan-aturan ketika akan hidup bersama pasangan kelak.
"Jadi ributlah sebelum nikah, buatlah aturan-aturan sebelum nikah. Jadi ketika sudah nikah, naik panggung, sudah beres aturan-aturan itu. Baik dari segi financial, pekerjaan, pembagian peran dalam rumah tangga dan lain-lain," kata dia.
Karena menurutnya, ketika sudah masuk dalam dunia pernikahan jika batin daya jugang tidak kuat, serta tidak ada evaluasi mengenai aturan-aturan yang telah dibuat dalam berumah tangga, maka pergeseran-pergeseran tersebut akan terjadi dan kehilangan semuanya.
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri menilai bahwa buku tersebut mengingatkan pada pernyatannya tahun 2004 silam di salah satu sekolah kedinasan aparat.
"Saya katakan bahwa di organisasi ini ada tiga perilaku, yaitu perilaku korup, brutal dan ketiga seks. Tapi ketika ditanya berapa fenomenanya, angkanya? saya tidak bisa sebutkan," kata Reza.
Namun, dia mengatakan bahwa dalam buku tersebut bisa menjadi amunisi bagi dirinya untuk mendalami tesisnya bahwa di organisasi penegak hukum tersebut terdapat penyimpangan seperti korup, brutal dan seks.
Jika buku tersebut hanya menceritakan terkait dengan kisah pilu para istri aparat, Reza berharap akan ada penerbitan buku selanjutnya yang menceritakan tentang kisah pilu para suami yang menjadi korban.
"Karena realitanya adalah sejumlah kasus yang saya tangani dan membawa saya ke ruang persidangan adalah kasus-kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh para istri," katanya.
"Perbedaannya adalah kalau perempuan berderai air mata, laki-laki murka. Tapi apakah kemudian tidak ada rasa sakit hati? Saya yakin rasa sakit hati itu ada," ujarnya.