TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Djisman S Simandjuntak mengatakan, pertumbuhan industri pariwisata yang semakin besar jumlahhya di dunia.
Layanan leisure ini memang dulu lebih ke arah hedonis sifatnya, bahkan cenderung ke sensual leisure.
"Namun ada gerakan besar sekarang ini yang menjadikan pariwisata sebagai kultur,” jelas Djisman di sela-sela pembukaan program studi Bisnis Pariwisata (Hospitality Business) Universitas Prasetiya Mulya di Jakarta, Kamis (9/2/2017).
Mantan ekonom senior CSIS ini berpendapat, pariwisata yang sekarang ini berkembang dan turut andil dalam perkembangan hidup manusia perlu terus didalami.
Baca: DNA Kita Seni Budaya dan Pariwisata kata Presiden Joko Widodo
“Inilah yang disebut eudaimonia (dari bahasa Latin “spirit kebaikan”) services. Layanan eudemonia ini semakin besar sekarang ini, yang dengan begitu membutuhkan banyak SDM andal di bidangnya,” katany.
Berbagai persoalan pariwisata di Indonesia yang membutuhkan pendalaman ilmu khusus dan menyeluruh, mengingat beberapa pertanyaan di dekade silam tentang keilmuan pariwisata yang cakupannya begitu luas, dan tidak spesifik.
Pendapat Djisman dipertegas I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata yang menyebutkan pariwisata adalah ilmu.
"Kita punya banyak tugas untuk mengembangkan ilmu ini karena masih jarang pekerja profesional pariwisata yang berlatar belakang pendidikan tinggi spesifik pariwisata," katanya.
Baca: Ini Sederet Pekerjaan Rumah Pemerintah untuk Kembangkan Sektor Pariwisata
Bidang turisme memang baru diakui sebagai ilmu yang perlu diajarkan di Indonesia di tahun 2008.
“Bandingkan di negara-negara maju yang sudah lama menggeluti ilmu ini dan membangun industri pariwisata mereka yang maju pesat,” jelas Agus W. Soehadi, Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya menambahkan pernyataan Djisman.
Menurutnya, tren pariwisata di dunia diwarnai empat fenomena penting.
“Pertama, komoditisasi lebih besar, yang semakin menantang beberapa pengelola pariwisata karena ruang kegiatan yang lebih luas.
Kedua, ekonomi berbagi (sharing economy) yang di beberapa tempat memporak-porandakan sistem pemasaran pariwisata konvensional.
Ketiga, kemajuan teknologi yang memacu peningkatan dan pengembangan pariwisata, antara lain pemanfaatan Big Data Analysis untuk mendalami perilaku konsumen pariwisata.
Dan keempat, generasi milenial yang merupakan segmentasi pasar yang menarik,” jelas Agus.