Menurut panitia PPDB Jawa Barat 2019, Edy Purwanto, sistem yang dikelola Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar sudah dijalankan secara transparan. Sehingga, masyarakat dapat ikut mengawasi pelaksanaan PPDB secara real time.
"Bukti dari transparan itu dilihat dari data yang bisa dilihat oleh masyarakat," kata Edy ketika ditemui, Rabu (26/6/2019).
Salah satunya mengenai zonasi. Menurut dia, para pendaftar bisa mendaftar mengecek dan menghitung sendiri jarak dalam zonasi yang masuk dalam persyaratan pada laman PPDB Jabar.
Kendati sudah sangat terbuka, Edy tidak memungkiri panitia PPDB masih menerima banyak aduan dari masyarakat.
Satu di antaranya adalah laporan temuan dua pendaftar yang terindikasi memiliki alamat domisili yang sama.
“Ini adalah bukti bawa kami sangat transparan dan adanya aduan-aduan ini akibat dari mereka baca sistem," kata dia.
Edy menilai, sistem yang transparan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecurangan seperti dalam manipulasi data domisili.
Praktik kecurangan domisili itu sendiri, kata dia, muncul karena tingginya animo untuk mendaftarkan diri ke sekolah yang dinilai favorit di Kota Bandung.
"Tidak hanya panitia, orang tua dan peserta didik pun bisa tahu mana saja yang diduga memanipulasi data. Tugas kami melaporkan dugaan tersebut kepada Tim Investigasi Domisili PPDB untuk dicek lebih lanjut,” katanya.
Dia berpendapat, sistem PPDB yang diterapkan Disdik Jabar adalah gambaran bahwa penerapan, mekanisme, dan kontrolnya sudah berfungsi.
Sehingga jika ada temuan masyarakat dapat mengadukan langsung ke Panitia PPDB.
Ditanya kabupaten/kota mana saja yang terdapat banyak aduan, Edy menyebut sejauh ini masih Kota Bandung.
Sebab Kota Bandung menjadi tujuan favorit untuk sekolah.
“Dugaan di daerah lain belum muncul. Saya harap tidak ada ya. Aduan kecurangan banyak terjadi di Kota Bandung karena tujuan favorit untuk sekolah, “ ucapnya.