Karena kritikannya di tulisan berjudul 'Seandainya Aku Seorang Belanda,' Ki Hajar Dewantara sempat diasingkan ke Pulau Bangka.
Tak sampai di situ, dua sahabat Ki Hajar Dewantara yang turut membelanya juga diasingkan ke Belanda.
Selama di Belanda, Ki Hajar Dewantara memanfaatkan kesempatan ini untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran.
Setelah kembali ke Indonesia pada September 1919, ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya.
Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar di sekolah yang ia dirikan pada 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Baca: Rekap Materi dan Soal Belajar dari Rumah TVRI untuk SD Kelas 4-6 Senin, 20 April 2020, Tentang Sudut
Baca: Soal Belajar dari Rumah TVRI untuk SD Kelas 1-3, Senin 20 April 2020, Lengkap dengan Rekap Materi
Sejak saat itu dia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.
Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia.
Secara utuh, semboyan dalam bahasa Jawa berbunyi: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Yang artinya, di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Salain Ki Hajar Dewantara ada beberapa tokoh sejarah lainnya yang dibahas hari ini, seperti Raja Ali Haji, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Ramang.
Lalu dari penjelasan tersebut, ada soal yang harus dijawab, sebagai berikut:
1. Apa yang dapat kamu teladani dari tokoh-tokoh sejarah dari tayangan tersebut?