Dengan mengadaptasi konsep gamifikasi, perusahaan pun bisa lebih mudah memberikan rewards kepada konsumen dengan cara yang fun.
Inilah yang membuat konsumen tetap setia kepada Starbucks. Tidak peduli berapa mahal harga satu cup kopi yang harus dibayarnya.
Di Indonesia sendiri, penerapan gamifikasi masih menemui banyak kendala.
Selain akses internet yang belum merata, SDM dengan kualifikasi di bidang ini juga terbilang masih sangat terbatas.
Padahal SDM yang berkualitas adalah kunci sukses terwujudnya gamification di segala bidang, tak terkecuali pendidikan.
Melihat tantangan ini, BINUS University sebagai universitas yang unggul di bidang TI pun turut berperan dengan menghadirkan program studi di bidang yang relevan, yakni Game Application and Technology.
Fredy Purnomo, S.Kom., M.Kom. selaku dekan School of Computer Science BINUS UNIVERSITY mengatakan, jurusan ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menguasai pengetahuan dan keahlian solid, salah satunya seputar gamification, yang kelak akan sangat dibutuhkan di dunia industri.
Game Application and Technology di BINUS University tidak hanya fokus pada disiplin ilmu yang berkaitan dengan gaming.
"Mahasiswa juga akan dibekali dengan softskill lain seperti kemampuan berkomunikasi efektif, critical thinking, dan problem solving sehingga mereka dapat bersaing di level nasional maupun global," katanya dalam keterangan pers, Rabu (18/11/2020).
Hal tersebut diwujudkan melalui penandatanganan kerja sama antara BINUS dengan China-ASEAN Mobile Internet Industry Alliance (CAMIA), salah satu industri game terbesar di dunia—untuk menyelenggarakan acara bertajuk Game Networking China Indonesia.
“Acara ini sangat positif sebab BINUS sebagai salah satu universitas yang membuka jurusan Game Application & Technology mendapat kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan berbagai industri game dunia.
Ini sekaligus kesempatan untuk memperlihatkan hasil karya mahasiswa BINUS di bidang game application pada ajang internasional,” kata Fredy.