News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wawancara Eksklusif

Bali Rancang Belajar Hyibrid Antara Tatap Muka dan Jarak Jauh 4 Oktober

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Redaksi Tribun Bali, Sunarko mewawancarai Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali, I Ketut Ngurah Boy Jayawibawa.

Terkait aspek psikososial dan tumbuh kembang anak tadi dan rencana tatap muka itu nanti pola atau materi pelajaran ketika PTM ini benar-benar dilaksanakan seperti apa? Supaya tidak ada shock culture pada anak didik?

Ini kan untuk tahap pertama sekiranya dilaksanakan pembelajaran tatap muka tentu tidak bisa seperti dalam masa normal. Yang pertama dua bulan lah relaksasi dulu, 1,5 jam dulu ke sekolah, pembiasaan dulu.

Jadi nggak seperti saat masa normal dulu. Jika dirasa sudah, artinya disiplin ketat, konsisten, komitmen, warga sekolah mulai guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, komite orang tua murid, siswa semua sudah komit.

Jangan sampai di sekolah sampai buat Satgas tapi orang tua malah ikut bergerombol menunggu. Itu nggak benar, supaya jangan berkumpul.

Tapi sebelum ke sana, saya tertarik sekali bahwa dua opsi ini jangan disalahartikan. Karena untuk melaksanakan PTM itu ada daftar periksa dan data-data yang harus dipenuhi.

Itu harus koordinasi dengan satgas setempat, kenapa kami katakan itu? Karena kan ada unsur Dinas Kesehatan setempat, BPBD, pecalang dan sebagainya. Sesuai arahan bapak Gubernur penanganan Covid-19 ini berbasis kewilayahan.

Sekolah yang mau melaksanakan tatap muka harus berkoordinasi, supaya ikut mengawasi. Setelah itu dipenuhi, sarana dan prasarana pendukung, kurikulumnya, terakhir adalah keputusan orangtua.

Ini yang mutlak, kalau orangtua belum nyaman, masih ragu-ragu, tidak boleh dipaksa, jangan dipaksa sama sekali, masih ada opsi pembelajaran jarak jauh.

Saya ingatkan kepada pihak sekolah dan orangtua jadi selama ini, kategori yang umum saran kepada kami ada tiga kelompok besar.

Pertama yang sangat menginginkan anaknya bersekolah tatap muka, yang kedua adalah para orangtua wali yang belum siap anaknya tatap muka, yang ketiga ini yang abstain.

Itulah jangan dipaksa. Inilah yang kalau sudah dipenuhi semua kita akan lakukan monitoring pelaksanaan-pelaksanaan PTM.

Jika ada di sekolah yang melaksanakan PTM tersebut, ada siswa yang diizinkan, ada siswa yang tidak diizinkan, ada yang masih melihat-lihat, artinya secara hybrid. Nah PTT-nya nanti seperti apa kelasnya? Apakah sudah dirumuskan?

Kombinasi, katakanlah kita ambil dulu sekolah yang melaksanakan tatap muka, tentu PTM terbatas artinya 50 persen, katakanlah 1 rombongan belajar 26 siswa, maksimal 18 siswa.

Nah yang 18 ini katakanlah Senin ke sekolah yang sisanya PJJ, besoknya yang PJJ datang ke sekolah, yang lain gentian.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini