3. Kumpulan tetes air perlahan berubah menjadi gumpalan awan ketika RH bergerak mendekati 100.
Saat itu, uap air mencapai wujud inti yang lebih besar.
Adapun inti yang lebih kecil dan kurang aktif mengubah volume tetes air menjadi lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
4. Aerosol kemudian terangkat ke atmosfer hingga ketinggian tertentu sesuai tekanan atmosfer yang membawanya.
Semakin tinggi aerosol terangkat ke atmosfer, maka semakin mengalami pendinginan dengan suhu yang lebih rendah.
Pada ketinggian tertentu, aerosol akan mengalami proses pengembunan.
5. Kemudian, titik air yang berasal dari uap air yang mengembun akan membentuk awan jika dilihat dari Bumi.
Jadi, semakin banyak udara yang mengalami proses pengembunan di atmosfer, maka akan muncul awan yang semakin besar dan banyak di wilayah yang mengalami proses tersebut.
Sehingga, penampakan awan di beberapa belahan Bumi dan wilayah dapat terlihat berbeda-beda.
Baca juga: Mengenal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia
Jenis-jenis awan
Melansir dari laman Met Office, disebutkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengklasifikasikan jenis awan menjadi 10 jenis yang terbagi dalam tiga level.
Berikut ini rinciannya:
Awan Level Tinggi
Kategori awan level tinggi berada di ketinggian 20 ribu kaki atau lebih.