News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Riset Segara Institute: Digitalisasi Pendidikan di Indonesia Masih Terkendala Akses Internet

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Eksekutif Segara Insitute Piter Abdullah dalam webinar Efektivitas Teknologi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Segara Research Institute melakukan survei terhadap ekosistem pendidikan mengenai platform digital yang digagas Kemendikbudristek.

Survei dilakukan secara daring terhadap 3.725 responden meliputi 1.521 kepala sekolah, 1.591 guru, 328 dosen, dan 285 mitra kerja lain.

Dari sisi domisili, 3.752 responden ini tersebar merata di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.

Dalam survei itu, pelaku bidang pendidikan menilai platform tersebut memudahkan proses belajar dan mengajar.

"Inisiatif Kemendikbudristek mengimplementasikan teknologi digital dalam memajukan dunia pendidikan menuai respon positif,” kata Direktur Eksekutif Segara Insitute Piter Abdullah, dalam webinar Efektivitas Teknologi, Jumat (12/5/2023).

Dalam survei tersebut, platform yang menjadi fokus diantaranya Platform Merdeka Mengajar (PMM), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah), Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Rapor Pendidikan, Akun Belajar.id, dan Kedaireka.

Platform digital itu disambut sangat baik dengan nilai rata-rata 9,14/10 untuk kepala sekolah; 8,61/10 untuk guru; 9,36/10 untuk dosen; dan 9,24/10 untuk mitra/industri.

Menurut Piter, respons positif tersebut tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra industri, terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi.

“Tingkat penerimaan ini tentang bagaimna individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi,” tutur Piter.

Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah di angka 8,84 per 10, guru di angka 8,67 per 10, dosen di angka 8,81 per 10, dan mitra atau industri di angka 8,69 per 10.

“Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra atau industri, sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” ujar Piter.

Meski demikian hasil survei menemukan bahwa tidak semua responden sudah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

Sebanyak 1.479 sekolah mulai dari SD hingga SMA/K dari 1.521 total responden sekolah sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah atau 97 persen.

SIPLah menjadi aplikasi atau platform digital dengan tingkat penggunaan terendah yakni 1.080 sekolah dari 1.521 total responden sekolah atau 71 persen.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini