News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kebudayaan

Dalam Sepuluh Tahun, Bahasa Sunda Kehilangan Dua Juta Penutur

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para peserta Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Tunas Bahasa Ibu Jenjang SD se-Jawa Barat dan Banten.

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -Salah satu penyebab kepunahan suatu bahasa adalah berkurangnya jumlah penutur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam sepuluh tahun terakhir penutur Bahasa Sunda berkurang sebanyak dua juta orang. Artinya, dalam satu tahun berkurang sekitar 200.000 orang.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, dalam kegiatan Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Tunas Bahasa Ibu Jenjang SD se-Jawa Barat dan Banten. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada 19–22 Mei 2023, di Hotel Grand Sunshine, Soreang, Kabupaten Bandung.

“Kemunduran bahasa Sunda juga disebabkan para penuturnya tidak lagi berpihak pada bahasanya sendiri,” ungkapnya. Menurut Prof. Aminudin, gagasan Revitalisasi Bahasa Daerah bukan untuk mencegah kepunahan suatu bahasa, sebab hal itu tidak mungkin. Apa yang dilakukan oleh Badan Bahasa selama tiga tahun terakhir adalah untuk mengurangi kecepatan dari kepunahan bahasa tersebut.

Seorang Guru peserta Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Sunda, Neneng Nuraeni, guru dari Jatinangor, tengah membaca sajak berbahasa Sunda pada sesi latihan membaca sajak Bahasa Sunda, dengan mentor aktor kondang Iman Soleh, di Soreang, (22/5).

Menurut UNESCO, ada 200 bahasa yang punah dalam 30 tahun. Sebelas di antaranya berada di Indonesia. Ternyata kini sudah mengalami kemunduran lagi. Pada tahun 2021, ada sekitar  25 bahasa di Indonesia punah. “Jadi kita ingin memperlambat kepunahan tersebut,” katanya.

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Dr. Herawati, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 155 peserta, termasuk dari Provinsi Banten. Para peserta terdiri dari guru bahasa daerah yang merupakan perwakilan dari kota dan kabupaten di Jawa Barat, serta beberapa perwakilan kabupaten dari Provinsi Banten.

“Kegiatan ini merupakan tahapan dari program Revitalisasi Bahasa Daerah. Pada tahapan terakhir akan diselenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Setiap peserta pelatihan diharapkan mengimbaskan kembali hasil pelatihan kepada guru-guru sejawat,” kata Dr. Herawati.

MENYIMAK - Guru Utama Peserta Pelatihan Revitalisasi Bahasa Sunda tengah menyimak pemaparan dari nara sumber, di Soreang, pada acara penutupan, Senin (22/5).

Revitalisasi Bahasa Daerah telah dilaksanakan sejak tahun 2021. Awalnya kegiatan ini diselenggarakan di tiga provinsi yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya, di tahun 2022 bertambah menjadi 12 provinsi, dan pada tahun 2023 bertambah menjadi 20 provinsi yang mencakup 72 bahasa daerah.

Kegiatan ini dibagi menjadi empat tahapan. Pertama, rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan, yaitu Dinas Pendidikan di tingkat kota dan kabupaten. Kedua, pelatihan guru utama untuk jenjang SD dan SMP. Ketiga, pengimbasan hasil pelatihan kepada guru lainnya dan para siswa. Keempat, FTBI yang merupakan puncak kegiatan.

Hingga saat ini, Balai Bahasa Jawa Barat telah melaksanakan dua tahapan. Pada pelatihan guru utama tanggal 19—22 Mei menghadirkan tujuh narasumber yang menyampaikan materi kepada para peserta. Ketujuh materi tersebut adalah membaca dan menulis aksara Sunda, menulis cerita pendek (nulis carpon), membaca dan menulis puisi (maca sajak), mendongeng, pidato (biantara), tembang pupuh, dan komedi tunggal (borangan).

Darpan, M.Pd sedang menyampaikan materi penulisan cerpen.

Menurut Darpan yang menjadi narasumber menulis cerita pendek, setiap tahap kegiatan semestinya ada tindak lanjutnya. Sejauh ini banyak mengira bahwa tujuan kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah adalah mendapatkan pemenang FTBI.

“Padahal yang paling penting adalah menambah jumlah penutur muda bahasa Sunda. Melalui metode training of training, diharapkan para siswa mendapatkan materi kebahasaan, kesastraan, dan keaksaraan dengan format yang lebih menarik,” jelas Darpan. Ia berharap setiap peserta membuat rencana tindak lanjut, apa yang dilakukan setelah mendapatkan berbagai materi dari para narasumber.

“Untuk penulisan cerita pendek misalnya, tidak berhenti sampai penetapan pemenang FTBI. Tahun ini, tindak lanjutnya adalah kegiatan kémah carpon untuk mengasah lagi kemampuan anak-anak dalam menulis. Materi lain pun sebaiknya ada tindak lanjut yang nyata,” pungkas Darpan.*

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini