News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kurikulum Merdeka

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 141 Kurikulum Merdeka: Makna Kedua Puisi, Bab 5

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soal buku Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 141 Kurikulum Merdeka - Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 141 Kurikulum Merdeka, makna puisi Pada Sebuah Kedai Kopi dan Kedai Kopi Pukul Sebelas Siang, Bab 5.

Kunci Jawaban:

Puisi "Kedai Kopi Pukul Sebelas Siang" mungkin terasa lebih mudah dipahami karena fokus pada kesabaran dan perasaan diabaikan, sehingga lebih mudah terhubung dengan pengalaman emosional pembaca.

Gaya bahasa yang sederhana dan deskriptif dalam puisi tersebut juga dapat membuatnya lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Dengan menjawab pertanyaan di atas, kalian berlatih memahami makna yang ada dalam puisi:

Puisi (1)

Pada Sebuah Kedai Kopi

Karya Maya Lestari Gf.

Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas siang
Ketika engkau datang dengan kantong belanjaan
Bermerek toko sepatu terkenal

Kau meminta maaf karena sudah datang terlambat
Katamu kau punya urusan penting yang tidak bisa ditunda.
Aku melihat merek di kantong belanjaanmu
Dan tahu, bahwa membeli sepatu lebih penting dari pada aku
Aku duduk di kedai kopi ini sejak pukul sembilan
Sejak semalam berpikir tentang kau dan aku
Aku teman sejak masa kecilmu
Kau teman sepermainanku
Dulu kita sering bermain bersama
Sepanjang hari mengerjakan apa saja
Tapi sekarang semua berbeda
Kau mulai berubah
Lebih suka membicarakan hal-hal yang dulu tidak pernah ada

Seperti, seberapa mahal harga pakaianmu
Seberapa mahal merek jam tanganmu
Seberapa murah harga sandal jepitku

Aku tidak tahu,
Apakah aku masih sahabatmu
Tapi yang jelas,
Di kedai kopi ini aku tahu,
Pertemuan kita tidak lebih penting dari sepatumu.

Puisi (2)

Kedai Kopi Pukul Sebelas Siang

Karya Maya Lestari Gf.

Pukul sebelas siang kamu datang,
Senyum segan tersampir di wajahmu
Kantong belanjaan tertenteng di tanganmu
“Maaf aku terlambat,” ujarmu
Aku menatap kopiku yang sudah dingin sejak dua jam lalu
“Tak apa,” jawabku
Aku dan kopiku adalah karib, kami bersabar layaknya waktu

“Aku ada urusan penting,” ujarmu
Kau menaruh tas belanjaanmu sangat hati-hati, seperti seorang ayah
menaruh anaknya di ayunan
Aku tahu isinya sepatu,
Mereknya tercetak di kantong belanjaanmu
Dan kotak sepatunya tersembul malu-malu
Aku memandang kopiku
Dua jam aku dan kopiku menunggu
Tak apa,
Aku dan kopiku adalah karib, kami bersabar layaknya waktu

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini