Manusia memiliki lima kebutuhan dasar. Pertama, kebutuhan untuk bertahan hidup. Misalnya makanan, pakaian istirahat, tempat berlindung, keamanan dan kesehatan.
Kedua, kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti rasa diterima, dipedulikan, berbagi bekerjasama, atau menjadi bagian dari suatu kelompok.
Ketiga, kekuasaan dan penguasaan. Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, terampil, memimpin, dan berprestasi.
Keempat, kebutuhan kebebasan yaitu kebutuhan untuk menentukan pilihan sendiri ataupun mengendalikan arah sesuai kemauan diri sendiri.
Kelima adalah kesenangan yaitu kebutuhan untuk merasa senang untuk bergembira untuk tertawa dan bermain.
Apabila seseorang menunjukkan perilaku yang tidak sesuai norma atau aturan, bisa saja itu terjadi karena tidak mampu memenuhi atau tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka.
Kaitannya dengan konteks pendidikan, guru harus mampu menyelenggarakan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar para murid sebagai manusia.
Guru harus mampu berkolaborasi, membangun hubungan yang hangat, dan penuh ketulusan dengan murid dan rekan kerja. Guru dapat mengadakan kegiatan yang menantang, konstektual, dan relevan.
Guru juga dapat memberikan kebebasan pada murid untuk menemukan jati diri sesuai dengan bakat dan minat mereka. Guru juga harus menciptakan suasana menyenangkan melalui berbagai permainan edukatif sehingga pembelajaran lebih bermakna.
3. Tahap Tumbuh-Kembang Anak
Ki Hadjar Dewantara mengelompokkan perkembangan anak dalam hitungan windon (delapan tahunan).
Windu pertama (0-8 tahun) disebut masa Wiraga. Pada periode ini, raga dan indra anak tumbuh pesat. Tak heran jika Ki Hajar Dewantara juga menyebutnya dengan taman Indria. Periode ini guru harus berupaya fokus memberikan akses dan menyediakan pengalaman belajar agar anak makin merdeka dalam mengeksplorasi dunianya.
Windu kedua (9-16 tahun) disebut masa Wiraga Wirama. Pada periode usia ini, anak mulai berkembang pikirnya. Sehingga sebagai pendidik harus mulai fokus untuk menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras dan seirama dengan sesamanya maupun lingkungannya.
Windu ketiga (17-24 tahun) disebut masa Wirama. Pada usia ini, guru harus mulai menuntun dan menantang anak dalam hal pengelolaan diri dan mengenali potensi dirinya. Sehingga mereka akan sadar bagaimana bahwa dirinya sebagai manusia yang merdeka.