Empat tahun lalu mereka takluk di tangan Argentina pada babak perempat final Piala Dunia 2014.
Dua tahun berselang pada Piala Eropa 2016, Belgia terhenti di babak serupa karena kalah dari Wales.
Piala Dunia 2018 adalah puncak periode emas Kevin De Bruyne dan kawan-kawan.
Dengan rata-rata usia belum mencapai 30 tahun, bisa jadi pada Piala Dunia empat tahun mendatang di Qatar, hanya Romelu Lukaku dan Yannick Carasco yang tetap menghuni skuat Setan Merah.
Baca: Jelang Laga Uruguay vs Prancis: Pendukung Les Bleus Ejek Betis Edinson Cavani
Artinya, inilah kesempatan terakhir bagi generasi emas Belgia untuk membuat sejarah.
Sekarang, atau tidak sama sekali.
"Ini pertandingan yang diimpikan setiap pemain, menghadapi Brasil pada babak perempat final. Kami harus bisa menikmatinya. Ketika Anda menghadapi Brasil, Anda harus paham bahwa mereka adalah tim terbaik di kompetisi ini. Anda harus menerima fakta itu," kata pelatih Roberto Martinez.
Belgia sebelumnya sudah melewati tes mental saat mampu mengejar defisit dua gol dengan mencetak tiga gol balasan ke gawang Jepang dalam interval 25 menit.
Namun, tak dimungkiri, skema dan gaya bermain mereka bisa menjadi santapan empuk agresivitas Brasil.
Vincent Kompany sendiri menyatakan, ia dan rekan-rekannya sekarang sudah lebih berpengalaman dan kuat secara mental dibanding empat tahun lalu.
Pengalaman ini tak lepas dari kematangan para pemainnya meraih prestasi di klub dan menjalani turnamen internasional.
"Dulu ada semacam pemikiran bahwa kami akan kalah sebelum bertanding apabila menghadapi Brasil. Situasi sekarang berbeda. Kami memiliki keyakinan untuk mengalahkan Brasil. Tak terlintas sedikit pun di pikiran kami terkait skenario kekalahan dari Brasil," ucap Vincent Kompany.
Tim Samba sendiri jelas adalah favorit.
Tidak seperti Jerman, Spanyol, atau Argentina yang gagal menunjukkan grafik performa menanjak, Brasil justru makin hari makin kuat dan konsisten.
Baca: Usai Gelaran Piala Dunia, Stadion Nizhny Novgorod Cari Tim Sepak Bola