TRIBUNNEWS.COM - Berbagai aturan ketat yang diberlakukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejauh ini memang menimbulkan pro kontra.
Isu alkohol dan homoseksualitas (LGBT) menjadi dua hal yang saat ini banyak diperbincangkan banyak orang terutama orang-orang barat.
Tak sedikit pihak yang mengkritisi soal hal tersebut, namun ada beberapa orang juga yang tunduk dengan aturan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Hugo Lloris dan Granit Xhaka menjadi dua pemain yang berada pada kubu yang mencoba menaati aturan yang berlaku di Qatar terutama dalam hal ban kapten.
Baca juga: Sorotan Jerman vs Jepang Piala Dunia 2022: Gestur Protes Pemain & Ban Kapten Manuel Neuer
Dua pemain yang sama-sama membela klub asal Inggris itu merasa timnya tidak ingin mempermasalahkan perbedaan aturan dan budaya yang ada di Qatar.
Baik Lloris dan Xhaka mencoba menunjukkan arti respek daripada mempermasalahkan aturan tersebut.
Lloris dan Xhaka pun menegaskan timnya hanya perlu fokus pada sepak bola dan menjalani aturan yang telah ditetapkan pihak tuan rumah.
Sebagaimana misal Lloris yang tak mau mengikuti kapten Jerman hingga Inggris yang memakai ban kapten pelangi dalam pertandingan yang dilakoni timnya.
Lloris yang berstatus sebagai pemain sekaligus kapten Prancis enggan memaksakan diri melanggar aturan yang telah dibuat Qatar.
Hal itu dilakukan Lloris sebagai bentuk penghormatannya kepada Qatar selaku tuan rumah.
"Ketika di Prancis, saat kami menyambut orang asing, kami sering ingin mereka mengikuti aturan kami, untuk menghormati budaya kami," ujar Lloris dalam sesi konferensi pers sebelum Piala Dunia, beberapa waktu lalu, dilansir Marca.
"Dan saya akan melakukan hal yang sama saat saya pergi ke Qatar,"
"Saya bisa setuju dan tidak setuju dengan ide mereka, tapi saya harus menunjukkan respek," tukasnya menambahkan.
Apa yang disampaikan Lloris pun bukanlah isapan jempol belaka, terbukti ia mengenakan ban kapten sesuai aturan saat memimpin kemenangan Prancis melawan Australia pada laga perdana.