News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala Dunia 2022

Mission Impossible

Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suporter Timnas Wales bersorak untuk tim mereka dalam laga sepak bola Grup B Piala Dunia 2022 Qatar antara Wales melawan Iran di Stadion Ahmad Bin Ali, di Al-Rayyan, sebelah barat Doha, Qatar, Jumat (25/11/2022) waktu setempat. AFP/GIUSEPPE CACACE

Mendiang sejarawan Inggris, Eric Hobsbawm, pernah mengungkapkan betapa pentingnya turnamen sepak bola besar seperti Piala Dunia.

“Apa yang membuat sepak bola begitu efektif sebagai media untuk menanamkan nasionalisme?” tanyanya dalam buku karyanya tahun 1992 Nations and Nationalism.

Ia menjawab pertanyaannya sendiri, “…..adalah bahwa jutaan komunitas yang dibayangkan nampak lebih nyata dalam tim yang meliputi sebelas orang yang nama-namanya disebutkan.”

Lebih dari olahraga lainnya, sepak bola adalah permainan global dan dengan demikian menjadi tumpuan semua jenis simbolis mepolitik dan mitos.

Para pemain yang membentuk skuad suatu negara selalu berasal dari berbagai lapisan masyarakat, seringkali muncul dari latar belakang yang lebih miskin dan sulit untuk memenangkan ketenaran dan kekayaan global.

Bagi jutaan orang yang tak terhitung jumlahnya yang menyemangati mereka, mereka memikul beban yang berat.

"Sebelas orang yang bernama" ini mewujudkan kerinduan suatu bangsa akan prestise dan kecemasan atas kegagalan.

Inggris berkali-kali menguasai Wales dalam pertempuran di medan perang.

Rakyat Wales masih ingat ujaran Pangeran Wales, Cadwallader, yang diucapkan kepada Henry II, Raja Inggris di ujung abad ke-11, ”Bangsa ini, ya Raja, saat ini, seperti juga di masa lalu, dapat diusik dan, lebih dari itu dilemahkan dan dihancurkan olehmu dan oleh kekuatan lain; dan bangsa ini akan sering menang karena usaha keras yang patut dipuji. Tetapi, bangsa ini tidak akan pernah dapat sepenuhnya dikalahkan oleh keangkaraan manusia, kecuali jika murka Tuhan datang.”

Di akhir abad ke-20, ketegangan akhirnya memudar tatkala Inggris mengizinkan dewan perwakilan yang terpisah untuk Irlandia Utara, Skotlandia, dan Wales.

Kisah keberhasilan Wales untuk sampai di Piala Dunia tak dapat dipisahkan dari perjalanan yang sarat kegelisahan sendiri sebagai sebuah bangsa.

“Kebangkitan Wales sebagai kekuatan sepak bola Eropa selama dekade terakhir juga bertepatan dengan kebangkitan kembali bangsa dari dekade, bahkan berabad-abad penindasan politik dan budaya, yang sebagian besar disebabkan oleh diri sendiri,” tulis Dave Sheinin dari The Washington Post.

“Kedua garis tren itu secara praktis dapat dipertukarkan: karena kesuksesan tim mewujudkan kebangkitan nasionalisme Wales, kehausan warga akan pengakuan dari luar akan keunikan Wales yang terbungkus dalam kekayaan olahraga dari pemain sepak bola.”

Karena itu pula kolumnis The Guardian, Elis James, menulis judul dalam kolomnya: Revolusi sepak bola Wales lahir dari air mata, kebanggaan, budaya fans, dan sejarah kaum radikal.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini