Hal lain yang menjadi sorotan adalah pola permainan Spanyol dengan filosofi ala Luis Enrique yang lebih mengutamakan penguasaan bola.
Mengutip eurosport, Spanyol di atas kertas, unggul segalanya dari Maroko. Pedri Cs menguasai 77 persen penguasaan bola berbanding 23 persen milik Maroko.
Hal yang lebih mencengangkan, Spanyol sangat luar biasa dalam hal operan. Tercatat, pada laga itu skuad asuhan Luis Enrique melakukan sebanyak 1.019 kali operan. Bandingkan dengan Maroko yang hanya melakukan 304 kali.
Sayangnya, dominasi ini tak mampu dimanfaatkan Spanyol untuk mencetak satu gol pun ke gawang Maroko selama 120 menit.
Mereka bahkan kalah dari Maroko soal shot on target. Maroko yang inferior, mampu menorehkan 2 kali shot on target. Spanyol? Dari dominasi luar biasa itu cuma mampu menembak satu kali ke gawang Maroko.
Anti-Klimaks, Spanyol Rasa Barcelona
Ini adalah antiklimaks dari kiprah timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 setelah memulai dengan ledakan karena menggunduli Kosta Rika 7-0.
Makin ke sini, permainan Sergio Busquets dkk makin amburadul dengan secara bertahap ditahan Jerman 1-1, dikalahkan Jepang 1-2, dan kini dipaksa pulang Maroko.
Luis Enrique sebagai pelatih menjadi target utama kebobrokan Tim Matador.
Warganet banyak yang menilai kegagalan ini efek arogansi Enrique dalam memilih anggota skuad untuk dibawa ke Piala Dunia 2022.
Enrique dianggap terlalu Barcelona-sentris karena ada 8 pemain dari mantan klub asuhannya itu yang dia bawa ke Qatar.
Tak heran kalau timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 kerap dilabeli sebagai miniaturnya Barcelona dengan adanya Busquets, Pedri, Gavi, Jordi Alba, Eric Garcia, Alejandro Balde, Ferran Torres, dan Ansu Fati.
Faktanya, skuad "Barcelona FC" ini gagal membawa timnas Spanyol masuk perempat final dan cuma memetik satu kemenangan.
Efek Tak Dipanggilnya David de Gea?