Tatkala Prancis menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998 dan memenangkannya di Paris, seluruh rakyat tumpah ruah jalan-jalan untuk merayakannya.
Pasukan yang menempatkan bintang pertama negara itu di atas lambang negara dielu-elukan sebagai model keberagaman.
Bintang-bintang tim Les Bleus adalah para imigran dalam diri Zinedine Zidane, Thierry Henry dan Lilian Thuram yang menyanyikan dengan penuh penghayatan lagu kebangsaan Prancis La Marseillaise sebelum pertandingan.
Setelah kemenangan Prancis di Piala Dunia 2018 di Moskow, ada acara unik di TV larut malam tentang susunan tim Prancis.
Dalam klip yang menjadi viral, pembawa acara The Daily Show Trevor Noah dengan riang mengklaim, "Afrika memenangkan Piala Dunia."
Poin utamanya adalah pertama, perayaan keragaman tim, dan kedua, sebagai pengingat sejarah kolonial Prancis, tetapi sebagian besar dimaksudkan untuk menyoroti asal-usul skuad Afrika setelah kemenangan, bukan setelah kekalahan.
Salah satu yang terusik oleh tayangan itu adalah duta besar Prancis untuk AS.
Ia mengirim surat dengan kata-kata keras kepada Noah, “Prancis tidak merujuk warganya berdasarkan ras, agama, atau asal-usul mereka.”
Dalam suasana keberagaman (dan masih adanya rasisme), Prancis akan berhadapan dengan Inggris.
Tim The Three Lions sedang berusaha menulis ulang sejarah Piala Dunia mereka yang kerap menghantui mereka.
Inggris meraih Piala Dunia 1966 saat menjadi tuan rumah.
Di fase grup mereka memangsa Prancis 2-0.
Kali ini, Harry Maguire sangat percaya bahwa Inggris akan menjadi juara dunia; kemenangan melawan Prancis diyakini akan membuat orang membicarakan 1966 lebih banyak lagi.
Koran Inggris The Guardian melukiskan pertempuran dua negara adidaya sepakbola dini hari nanti ibarat negara yang mengirim raja dan ratunya ke guillotine, sebuah tradisi masa lalu monarki Prancis.