TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membantah ada keterkaitan dirinya dengan pemberitaan Asia Sentinel yang berjudul 'Indonesia's SBY Goverment : Vast Criminal Conspirasy'.
Bantahan tersebut disampaikan Moeldoko karena ada foto dirinya bersama Co-Founder Asia Sentinel, Lin Neumann, yang diposting oleh Wakil Sekjen DPP Demokrat, Rachlan Nashidik dalam akun Twitternya, @RachlanNashidik.
Moeldoko menjelaskan, pada Mei 2018 terdapat undangan dari American Chamber of Commerce (Amcham) atau Kadin-nya Amerika untuk makan pagi bersama sembari diskusi.
Moeldoko saat itu sebagai undangan, diminta memaparkan pandangan terkait situasi politik dan keamanan di Indonesia, selama kurang lebih 45 menit. Dimana, Lin Neumann saat itu berkapasitas ketua Amcham.
"Saya jelaskan perkembangan demokrasi, kematangan demokrasi di Indonesia, seperti apa?. Saya yakinkan kepada mereka ke para pengusaha Amerika, investor agar tidak takut-takut ke Indonesia," ujar Moeldoko.
"Saya bisa melihat situasi itu dengan jernih, tanpa ada kepentingan apapun. Itu diskusinya, hanya sampai disitu, selebihnya ada masukan-masukan tentang hal-hal berkaitan dengan investasi, saya catat dan saya laporkan ke bapak presiden," kata Moeldoko.
Menurut Moeldoko, pertemuan tersebut bukan satu orang saja, melainkan ada beberapa orang pengusaha yang telah berinvestasi di Indonesia dan topik pembicaraannya tidak membahas persoalan Bank Century.
"Bahwa di situ ada Sentinel, ada co-foundernya sentinel, saya juga enggak ngerti, jadi jangan buru-buru baper (bawa perasaan), menduga begitu kan, diliat dulu latarbelakangnya seperti apa?, disitu ada Lin Neumann juga saya enggak ngerti, saya hanya sebagai undangan penyampai materi," papar Moeldoko.
Tuduhan Tak Masuk Akal
Moeldoko yang merupakan mantan Panglima TNI memandang tuduhan dirinya berkaitan dengan pemberitaan Asia Sentinel, adalah tidak masuk akal.
"Itukan tuduhan yang enggak masuk akal, masa saya tentara, mantan panglima TNI, melakukan sesuatu yang bodoh begitu, kan enggak mungkin, kalau saya melakukan sesuatu enggak perlu foto-foto dong, ngapain, saya berdua aja sama bapak itu ngomong sesuatu," papar Moeldoko.
Moeldoko mengibatkan jika sedang mengendalikan operasi intelejen, maka tindakan foto bersama merupakan langkah yang bodoh.
"Bodoh banget saya terbuka begitu, mungkin saya enggak bisa jadi panglima TNI, kira-kira begitu, kalau saya bodoh sekali," ucapnya.
"Jadi enggak ada kaitannya, engak ada move politik apapun, itu hanya kepentingan kepala staf kepresidenan untuk bisa memberikan kejelasan kepada investor, para pengusaha luar dan kita ingin menarik investasi lain yang ingin tahu situasi negara," kata Moeldoko.