TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Video kampanye capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf ala biskuit Khong Guan karya M Dedy Vansophi hanya berdurasi 1 menit 50 detik.
Namun, pesan poltiik dari video tersebut menampilkan dialog ibu dan dua anaknya di meja makan itu seperti lukisan di kaleng biskuit Khong Guan itu mudah dicerna.
Apalagi, video tersebut diber sentuhan narasi dan efek suara ala sinetron.
Dedy menceritakan, pembuatan video tersebut dilakukan belum lama ini. Dan proses produksinya juga terbilagng cepat, yakni dua hari.
Hari pertama untuk mencari ide dan hari kedua untuk pengambilan gambar atau syuting dan editing di studio.
"Bukan mencari inspirasi. Ide itu berasal dari sesuatu yang sifatnya sehari-hari. Saya ikutin akun Instagram yang sifatnya receh, saya juga baca berita politik. Seperti sarapan saja," ujarnya.
Proses pencarian ide untuk iklan itu dimulai dari penentuan data apa yang ingin disampaikan. Dia mengaku sengaja membuka data BPS yang menyebutkan penurunan angka pengangguran dan kemiskinan karena keakuratan dan validitas data.
"Ya kalau data yang lain belum tentu valid kan," kata Dedy.
Setelah membuka data, ia mulai memilih meme yang bertebaran di media sosial sebagai wadah penyampaian data tersebut.
"Kalau disampaikan dengan cara yang biasa, saya yakin tidak banyak orang yang mau membaca atau mendiskusikannya," tuturnya.
Ia mengaku, selain dari meme yang bertebaran di media sosial, selama ini dirinya juga kerap memperhatikan kampanye-kampanye politik yang beredar baik di dalam maupun luar negeri. Di antaranya materi kampanye Barrack Obama saat Pilpres Amerika Serikat.
Buat Dedy, tidak ada perbedaan jumlah SDM atau kru untuk penggarapan iklan komersial mapun konten politik. Setidaknya video iklan-iklan karyanya, termasuk video kampanye ala biskuit Khong Guan, membutuhkan 25 sampai 30 orang.
"Wah kalau (soal biaya produksi) itu jangan. Lagi pula, peralatan yang digunakan dan biaya produksi tidak bisa menjamin iklan tersebut akan bagus," katanya seraya tertawa.
Baca: Sosok di Balik Video Kampanye Jokowi ala Biskuit Khong Guan
Dedy menegaskan, dalam bisnis kreatif, sebuah ide lebih bernilai dan mahal dibandingkan dengan biaya produksi dan hal-hal teknis lainnya dalam bisnis kreatif.
Namun, ia juga tidak memungkiri untuk biaya produksi akan selalu mengikuti dinamika harga kebutuhan produksi di lapangan, contohnya sewa kamera dan lain sebagainya.
Di tahun politik seperti ini, tujuan Dedy membuat video itu adalah untuk memancing diskusi dengan cara yang lebih menyenangkan.
Ia berharap siapa pun bisa mulai berkampanye kreatif seperti dirinya.
"Silakan semua mendiskusikan data yang disampaikan di video itu. Akan seru kalau pihak yang tidak sepakat dengan data itu juga membuat konten kreatif tandingan. Kalau ada yang ingin tidak harus saya yang buat," ucap Dedy.
Dedy menjanjikan, ke depannya dia masih akan membuat konten-konten video serupa yang lebih menarik pada masa kampanye Pilpres 2019 saat ini. "Ya selama masa kampanye," tukasnya. (tribun network/git/coz)