Muchdi didakwa dalam kapasitasnya sebagai Deputi V BIN. Ketika itu, Fadli Zon selaku Waketum Partai Gerindra terlihat banyak memberikan pembelaan kepada Muchdi.
Kasus Muchdi, menurut Fadli, merupakan grand design pemerintah (SBY) untuk mengalihkan isu kenaikan harga BBM ketika itu.
Masih menurut Fadli, apa yang menimpa Muchdi tidak akan menjatuhkan pamor Partai Gerindra di kontestasi politik nasional.
"Tidak ada hubungannya dengan partai, sama sekali tidak. Ini hanya menunjukkan sifat pemerintah yang sama sekali tidak independen," kata Fadli, dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya.
PPP
Setelah lama di Partai Gerindra, Muchri memutuskan hijrah. Dia mendeklarasikan bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 18 Februari 2011 di Solo, Jawa Tengah.
Pernyataan itu disampaikan Muchdi saat bertemu sejumlah tokoh PPP di kediaman Koordinator PPP eks Karesidenan Surakarta Mudrick Malkan Setiawan Sangidoe.
Pilihannya bergabung pada partai berlambang Kabah itu menurut dia untuk menuruti keinginan bergabung dengan partai yang murni berbasis Islam.
"Partai-partai Islam lain sudah menyatakan terbuka untuk siapa pun. Hanya PPP yang hingga saat ini masih murni Islam sepenuhnya," ucapnya.
Muchdi mengaku tidak mengincar jabatan atau posisi apa pun di dalam partai ini. "Saya murni ingin mengabdi ke PPP di sisa hidup ini, tak ada tujuan lain," kata Muchdi.
Partai Berkarya
Menjelang Pemilu 2019, Muchdi memutuskan untuk bergabung dengan Partai Berkarya yang didirikan putra presiden ke-2 Soeharto, Hutomo Mandala Putra.
Muchdi bergabung dengan Partai Berkarya bersama Pollycarpus Budihari Priyanto, yang pernah menjadi terpidana dalam kasus pembunuhan Munir.
Muchdi juga pernah menjadi terdakwa pembunuhan Munir hingga kemudian divonis bebas oleh pengadilan. Partai Berkarya menerima Muchdi dan Pollycarpus tanpa melihat latar belakang mereka, terutama terkait kasus pembunuhan Munir.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Perjalanan Politik Muchdi PR, dari Gerindra hingga Dukung Jokowi...