"Asumsi sukses yang digemborkan sepihak oleh petahana, ternyata tidak terverifikasi di data survei. Inilah yang menghambat mereka," jelasnya.
Sehingga, peluang untuk menaikkan elektabilitas justru ada pada pihak penantang.
"Hukum besi di pemilu, kalau petahana sudah mengalami kemandekan atau keterbatasan kenaikan elektoral, maka untuk menang menjadi sangat sulit kecuali ada kejadian luar biasa," tegasnya.
"Kami melihat siapapun yang menang, akan tipis kemenangannya. Kemenangan petahana untuk menang cukup terbuka kalau melihat hasil ini," imbuhnya.
Eep Saefulloh Fatah menjelaskan, survei yang dilakukan Polmark kali ini dilakukan di 73 dapil se-Indonesia melalui 73 survei berbeda.
Di tiap surveinya untuk tiap dapil, survei melibatkan 440 orang. Sementara khusus untuk Jabar 3, melibatkan 880 orang.
Menggunakan metode multistage random sampling, survei ini memiliki margin of error sekitar 4,8 persen serta tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Survei dilakukan rentang waktu Oktober 2018 hingga Februari 2019 ini merupakan kerjasama pihaknya dengan Partai Amanat Nasional (PAN).
Selain itu, berdasarkan survei tersebut, dalam kesempatan yang sama, Polmark Indonesia juga merilis hasil surveinya yang memotret potensi partai politik yang lolos ambang batas parlemen.
Hasilnya, sembilan partai politik disinyalir akan lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yang ditetapkan sebesar 4 persen.
"Hasilnya, ada sembilan partai politik yang berpotensi sukses melampaui ambang batas parlemen," beber Eep Saefulloh Fatah, Founder dan CEO Polmark Indonesia, di Forum Pikiran Akal dan Nalar, di Surabaya, Selasa (5/2/2019).
Acara roadshow tersebut digelar atas kerjasama Partai Amanat Nasional (PAN) dengan lembaga survei Polmark Indonesia ini diikuti oleh ratusan politisi partai berlambang matahari bersinar ini.
Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan bersama para pengurus PAN di provinsi Jawa Timur juga hadir.
Berdasarkan survei tersebut, sembilan partai yang dinyatakan lolos parlemen adalah PDI Perjuangan (28,6 persen), Gerindra (14,1 persen), Golkar (13,5 persen), PKB (11,5 persen), dan Demokrat (6,9 persen).