Saya terus menerus berbicara kepada diri sendiri bahwa ini amanah dari negara & harus berlaku adil.
Berikutnya, tentu menyamakan visi dengan partner moderator saya Alfito. Bang Fito adalah senior saya di CNN Indonesia, sehingga saya merasa nyaman dipasangkan dengan Bang Fito.
Kebetulan kami juga memiliki pandangan yang sama, bahwa dalam acara debat, moderator hanya pelengkap, sehingga kami juga menempatkan diri sesuai porsi bahwa bukan kami bintangnya, melainkan adalah kedua kandidat.
30 menit sebelum on air, saya dan Alfito masih berlatih pernyataan pembuka kami.
Tim kami mempersiapkan panduan, tapi kami sedikit mengubahnya, disesuaikan dengan gaya kami, tanpa mengubah makna.
Kegugupan tentu saja ada, karena saya manusia biasa, bukan robot. Apalagi melihat exposure masyarakat terhadap teman-teman moderator debat yang lalu.
Kuncinya ada di kalimat pembuka kami “Selamat Malam”, yang harus diucapkan bersamaan.
Kami berlatih beberapa kali untuk ini.
Kadang saya kecepetan, kadang Bang Fito kelambatan, kadang suara saya terlalu tinggi, atau sebaliknya.
Setelah kami sukses mengucapkan itu bersamaan, selanjutnya sangat mengalir.
Di atas panggung, saya dan Alfito Deannova menjadi diri kami sendiri.
Kami sepakat energi yang tenang, tidak kaku, tidak tegang, agar kedua kandidat juga nyaman, begitu pula dengan para pendukung.
Alhamduliah semua berjalan baik.
Yang terpenting bagi saya, debat kemarin bisa mengeksplorasi gagasan kedua cawapres.
Karena debat ini sejatinya untuk para penonton di rumah yang mungkin sampai sekarang belum menentukan pilihan, bukan hanya untuk mereka yang hadir di Hotel Sultan.