Namun, menurut Direktur Relawan TKN Jokowi - KH Maruf Amin, Maman Imanulhaq, mereka yang selalu mengangkat kucurangan tanpa bukti justru telah berbuat curang.
"Penggunaan cara yang tidak konstitusional dan tidak rasional justru menurunkan derajat ulama. Ulama dikenal sebagai sosok yang memahami ilmu, menghormati kesepakatan, komitmen, dan juga menghargai nilai persaudaraan," kata Maman Imanulhaq.
"Kita menolak orang yang terus menerus membuat narasi kecurangan. Orang yang membuat narasi kecurangan tanpa menunjukkan data dan fakta sebenarnya dia telah berbuat curang," tambahnya.
Pengamat komunikasi politik dari Fisip Universitas Brawijaya, Malang, Abdul Wahid, mengatakan, di tengah proses penghitungan dan rekapitulasi Pemilu 2019 yang tengah berlangsung, langkah politik ini dapat dibaca sebagai upaya mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum ( KPU).
"Yang mereka lakukan sekarang tidak ubahnya dengan membuat narasi bahwa ketika calon pilihan mereka kalah, maka satu-satunya jalan adalah mereka mendelegitimasi peran penyelenggara pemilu, yaitu KPU, dengan tidak mempercayai hasil pemilu," kata Abdul Wahid kepada BBC News Indonesia, Rabu (1/5/2019).
TKN: Jangan mengklaim
Sejauh ini, penghitungan real count KPU sebesar lebih dari 60 persen dengan keunggulan Jokowi - Maruf Amin sebesar 56 persen dan Prabowo - Sandiaga Uno sebanyak 44%.
Baca: Kubu Jokowi Sebut Ijtima Ulama III Hanya Politik Akal-akalan
Baca: Curhatan Dosen Pembimbing UNPAD Viral: Lama-lama Saya Bisa Gila Jadi Dosen
Baca: Kabar TERBARU Hasil Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo Kamis (2/5) Pukul 04.00 WIB
Prabowo Subianto telah mengklaim kemenangan sebanyak tiga kali termasuk pada hari pemungutan suara, Rau (17/4/2019) dan mengklaim telah terjadi kecurangan.
Sementara Jokowi pada hari Pemilu menyatakan telah melihat hasil quick count sejumlah lembaga survei dan meminta masyarakat bersabar menunggu hasil yang akan diumumkan oleh KPU pada 22 Mei.
Dalam tanggapannya Maman Imanulhaq juga mengatakan, "Cara menakut nakuti, mengerahkan people power, adalah cara yang tidak elegan, dan tak dituntun nilai agama kita. Jangan habiskan energi umat yang sudah merespons proses demokrasi dengan baik."
"Jangan mengklaim atas nama umat Islam dan jangan mengklaim atas nama kelompok masyarakat dan mengeluarkan seruan yang kontraproduktif untuk nilai persaudaraan dan nilai-nilai Islam itu sendiri. Kita menghormati proses dan menunggu dengan sabar, dan kita yakin umat Islam akan berkonsentrasi melakukan ibadah khusus di bulan Ramadhan," tambahnya.