TRIBUNNEWS.COM - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno sebut Pilpres 2019 pemilu paling mematikan sepanjang sejarah.
Kritik yang disampaikan Sandiaga Uno ini menyusul banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia selama pelaksanaan Pemilu 2019.
Hal tersebut disampaikan Sandiaga dalam dialognya di pertemuan "Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019" yang dilakukan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Sandi menyampaikan belasungkawa kepada sejumlah keluarga petugas KPPS yang meninggal.
Baca: Kembali Bahas Momen saat Sandiaga Uno Diisukan Cegukan, Tompi : Gak Bisa Dijelaskan Secara Medis
Baca: Prabowo-Sandiaga Akan Ungkap Kecurangan Pilpres, TKN: Tak Akan Ubah Apapun, Kami Tetap Menang
Satu di antara yang disebutkan adalah keluarga ibu Evi yang ditinggal suama.
"Kebahagiaan Ibu Evi untuk menyambut hari raya Idul Fitri 1440 H bersama Bapak Umar Hadi tidak bisa terlaksana. Insya Allah Pak Umar Hadi Husnul Khotimah," kata Sandiaga diansir TribunWow.com dari video tersebut.
Sandi lantas menyebutkan, dari jumlah korban, pemilu 2019 ini merupaka pemilu yang paling banyak memakan korban.
"Dari jumlah korban, dengan pahit kita harus menerima kenyataan bahwa inilah pemilu yang paling banyak memakan korban. Pemilu yang paling mematikan sepanjang sejarah Indoesia," kata Sandi.
Sandi memaparkan, peristiwa ini harus menjadi pelajaran agar kedepan tak terjadi hal-hal serupa.
"Suatu pelajaran yang amat mahal yang harus kita jadikan bekal bagi perbaikan penyelenggaraan pemilu di waktu-waktu mendatang," tegas dia.
Baca: Pernyataan Sandiaga Uno soal Makar, Ini Tanggapan Polri
Baca: Senin Malam, Sandiaga Dipanggil Mendadak Oleh Prabowo, Ada Apa?
Sementara untuk petugas yang sakit tercatat sebanyak 10.997 orang.
Petugas KPPS yang meninggal kebanyakan berusia di atas 50 hingga 70 tahun.
Berdasarkan keterangan Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, penyebab kematian paling banyak dari petugas KPPS adalah kardiovaskular alias jantung dan pembuluh darah.
"Kasus kematian (petugas KPPS) 53 persen disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Ada termasuk di dalamnya stroke, hipertensi," ujar Nila saat konferensi pers di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Baca: Pengamat CSIS: Koalisi Prabowo-Sandiaga Memang Tidak Solid Sejak Awal
Baca: Arief Poyuono Kritik Tajam Demokrat, Sandiaga: Koalisi Masih Solid
Baca: Begini Respon Sandiaga Terkait Ucapan Arief Poyuono yang Minta Demokrat Angkat Kaki dari Koalisi
Penyebab kematian terbesar kedua, yakni gagal pernafasan, satu di antaranya adalah asma.