Sebab, hasil akhir alias penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih baru dilakukan pada, Rabu 22 Mei mendatang.
Alih-alih mengikuti proses rekapitulasi, kubu BPN malah sudah menyatakan sikap untuk menolak hasil Pemilu 2019 tingkat nasional yang saat ini masih berjalan.
"Kami makanya berpikir begini, ini kan hasil Pemilu belum ditetapkan."
"Kami baru akan menetapkan hasil Pemilu tanggal 22 Mei."
"Jadi yang ditolak apanya? Wong hasilnya belum ada," ujar Wahyu Setiawan di KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).
Untuk itu, ia mengimbau kepada seluruh pihak, termasuk kubu BPN agar memberikan kesempatan kepada KPU, menuntaskan pekerjaan mereka hingga tanggal 22 Mei.
5. Pengamat politik
Pengamat politik, Hendro Satrio menilai wajar, strategi Prabowo yang menolak hasil Pemilu 2019 walau penetapan hasil baru akan dirilis pada 22 Mei.
"Bila diibaratkan pertandingan sepakbola, 17 April saat pemungutan suara adalah kick off pertandingan."
"Nah, 22 Mei adalah akhir babak pertama dan 20 Oktober adalah hasil akhir pluit panjang."
"Maka sepanjang pertandingan banyak strategi hal yang wajar, termasuk pernyataan BPN saat ini," ujar pendiri lembaga survei KedaiKOPI ini kepada Tribunnews.com, Rabu (15/5/2019).
Dia menduga, sikap menolak Prabowo akan membawa 'pertandingan' Pilpres 2019 mirip dengan 2014 lalu.
Yaitu, pertandingan akan kembali berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga Oktober mendatang.
"Sikap menolak tidak akan mengubah hasil. Tapi akan meneruskan pertandingan hingga 20 Oktober melalui berbagai proses di MK," jelas Hendri Satrio.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Srihandriatmo Malau/Theresia Felisiani/Kompas.com/Ghinan Salman/Jessi Carina)